Pages

CURHAT ANAK MAPRO PSIKOLOGI: PERSELISIHAN

Pertarungan ini baru saja dimulai. Namun, nggak tahunya udah ada selisih paham yabg terjadi di kelas.

Beberapa hari belakangan ada yang nyeletuk di kalangan dua teman laki2 di kelas. Mereka bilang kok temen-temen yang cewek tuh pada nge-gank atau gap2an masing-masing sih? Kalo saya pribadi, untuk apa juga sih pake clique atau gank2an segala. Toh kita ini udah magister looh bukan strata satu lagi. Mungkin ini juga karena angkatan mapro tahun ini lebih didominasi oleh lulusan S1 tahun 2013 dan 2014 dalam artian masih dalam proses beralih menjadi dewasa sesungguhnya. Selebihnya yang hanya segelintir terdiri dari angkatan S1 yang sama dengan saya atau di atas saya beberapa tahun serta yang udah berkeluarga.

Dari beberapa teman rupanya ada di antara mereka yang menaruh kejengkelan akibat sikap teman lain yang mana memang karakter orangnya kayak gitu.

Pada intinya, saya hanya berpendapat bahwa nggak semua orang yang kita temui itu baik semua atau buruk semua. Kita tentu akan berhadapan dengan beragam personality. Bagi yang kemarin mungkin tanpa sengaja menunjukkan sikap atau kata2 kurang baik, seharusnya bisa kembali mengoreksi dalam dirinya juga, apakah ada sesuatu yang salah? Dengan demikian, dia bisa menyadari perbuatannya sehingga tidak ada lagi negativisme dari lingkungan yang diarahkan terhadapnya.

Kalau saja semua orang bersikap semaunya tanpa mau mendengarkan masukan orang lain yang sebenarnya itu baik, tentu dia tidak akan bisa selamanya diterima oleh lingkungan. Egosentris. Terdengar sepele tapi dampaknya akan sangat buruk jika itu mendominasi dalam pergaulan sehari2.

Saya pribadi tidak begitu ambil pusing. Bagi saya, lakum diinukum waanliyadiin. Kalau memang orangnya punya karakter kayak gitu, saya tentu tak bisa mengubah sifat orang agar bisa setara dengan apa yang diinginkan orang lain. Terkadang, sikap cuek itu sedikit perlu agar kita tidak terlalu sibuk mengurusi urusan orang lain. Bukan berarti nggak mau ngasih nasehat. Yaa lihat timing dan tempat yang tepat juga sih.

Saya juga nggak ingin menyalahkan siapapun atau membela siapapun. Come on, lihat diri kita sendiri dulu deh, udah bener apa belum. Saya sendiri, jika berbuat salah, saya mulai bisa menyadari apa yang salah dalam diri saya dan setelah itu semua akan normal lagi seperti semula alias tidak menaruh dendam. Yang namanya manusia kan tempatnya khilaf. Tapi juga jangan malah menjadikan kalimat itu sebagai pembela ketika kita keseringan berbuat nggak baik.

Kita nggak bisa menuntut agar lingkungan dapat menerima kita, melainkan kita lah yang harus belajar menyesuaikan diri dengan lingkungan yang kita hadapi itu.

*hidupmu indah bila kau tahu jalan mana yang benar.....
Hidup terlalu indah jika hanya diisi dengan permusuhan.

CURHAT ANAK MAPRO PSIKOLOGI: HANDBOOK

Sunday is the placebo holiday for me. Walau tanggal merah tapi bukan hari libur sebenarnya. Tapi bersyukur karena praktikum belum dimulai jadi setidaknya Sabtu dan Minggu masih ada sedikit waktu longgar untuk melakukan hal-hal lain. Jadi, untuk saat ini, Sabtu dan Minggu digunakan untuk mengerjakan tugas-tugas.

Sejak hari pertama kuliah di kelas pasca 2 minggu psikodiagnostik non-stop, kami sudah kebanjiran tugas. Dan, kau tahu apa yang ada di otak kami semua? Yup, soal handbook alias buku wajib. Kenapa? Ada masalah? Kalau masalah besarnya biaya yang harus dikeluarkan untuk beli buku itu bukan hal asing. Sejak Psikodiagnostik pun, kami udah menggelontorkan banyak uang hanya untuk buku. Kendala yang terasa itu adalah persoalan Bahasa. Mayoritas buku-buku Psikologi yang benar-benar asli adalah berbahasa asing alias English. Bukan hampir, melainkan semua handbook untuk perkuliahan magister profesi ini menggunakan bahasa Inggris.


Saya pribadi dulu, zaman S1 masuk kelas reguler-bilingual khusus. Jadi, udah dari dulu dicekokin pengantar berbahasa Inggris. Kalau soal fasih nggaknya berceloteh dalam bahasa Inggris, jujur saja nggak lancar karena jarang dilatih. Tapi, kalau untuk membaca buku bahasa Inggris yaaa masih lumayan mengerti hehe. Meski demikian, tetap saja menjadi tugas dobel karena pada proses perkuliahan, kami juga diminta oleh dosen untuk men-translate per Chapter buat tujuan presentasi kelas. Naaah... kalau satu tugas satu handbook sih, nggak berat lah ya. Laaah ini.... tugasnya beranak-pinak dengan handbook berbeda. Bagaimana tidak keriting otak ini untuk memahami serta menerjemahkan dengan baik. 

Untuk kitab suci wajib, kami sudah menggunakan DSM-V. Hahaha... tentunya nggak beli dong ya :D. Secara gitu looh, DSM-V hanya ada di Amerika. Tapi, untunglah dosen kita berbaik hati meminjamkan walau untuk di-fotokopi. Iya, fotocopy. Emang malu-maluin sih ya soalnya sama aja kayak membajak buku orang. Tapi, ini situasinya beda dong *ngeless dikit. Nggak lucu kan kalau hanya untuk sebuah DSM-V harus bela-belain ngurus visa dan berangkat ke Amerika buat beli satu buku itu doang. Mau tidak mau karena itu adalah buku paling wajib yang harus dimiliki seorang psikolog, yaa kami fotokopi deh. Lumayan laah yaa... buat pengganti bantal *iya tebel bangeeet soalnya.

Di sisi lain, buku-buku tersebut kan susaaaah banget ya diperolehnya alias tidak diperjual-belikan dengan bebas di toko buku. Jadi, ada banyak sekali download-an ebook handbook yang kami dapat dari dosen-dosen. Malah, demi mencari buku terjemahannya, temen-temen kami sampai hunting ke Togamas. Nyari salah satu handbook assessment. Ketemu!! Tapi, kendalanya adalah buku tersebut juga limited edition. Jadi, kalau mau beli banyak untuk satu kelas, harus pesan alias PO dulu ke Togamas. Syukurlah, pihak Togamas memahami kebutuhan kami. Walau cuman 1 itu doang handbook terjemahan, yang penting mata nggak keriting amat pas belajar Psychological Assessment II.

---
Demikian curhat saya :D
Oh ya, tips untuk kalian yang hendak ngambil kuliah S2 Mapro Psikologi, selain menyiapkan dana yang sangat besar untuk SPP per semester, kalian juga kudu nyiapin budget khusus buku ya. Ini yang paling krusial. Mungkin di awal kita mengira SPP itu udah yang paling gede (atau kalau di PTS ada pula biaya DPP, ini juga lebih besar biasanya dari SPP). Namun, di tengah-tengah yang paling banyak menguras biaya itu sebenarnya adalah biaya untuk buku dan teman-temannya itu deh. Trus, belum lagi nanti kalau praktek di RSJ. Bukan kita yang dibayar looh ya, melainkan kita yang harus membayar sendiri biaya praktek kita selama di RSJ. Bayarnya juga dihitung per hari belum lagi kalau harus pakai bantuan alat tes, beli lagi dooong untuk lembar jawaban tes-nya per subjek yang digunakan. Hehehe... 

CURHAT ANAK MAPRO PSIKOLOGI: JURNAL DAN TESIS

Setelah subuh hingga jam segini, fujitsu masih setia menanti saya (tentunya dalam keadaan lepas baterai). Minggu lalu, kami mendapatkan banyak tugas, salah satunya diminta untuk segera mencari tema penelitian untuk tugas karya ilmiah dan tesis. Makanya, dari subuh tadi, saya pantengan internet buat download jurnal yang sesuai dengan minat saya.

Kemarin, secara dadakan, kami sudah ngumpulin tema penelitian kepada dosen pengampu matkul Asesmen Psikologi 1. Waktu itu, saya sebutin aja beberapa yang saya minati, di antaranya; anak yatim, perceraian dan masokisme.

Pertimbangannya, dari ketiga tema tersebut, saya cukup tertarik dengan dunia psikologi anak. Saya juga punya saudara yang tetangganya itu punya anak yang suaminya udah meninggal. Semenjak ayahnya meninggal, anak ini memilih untuk putus sekolah dan sosialisasinya terhadap teman-teman sebaya berkurang. Dia punya adik dan adiknya itu modelling juga ke kakaknya ini. 


Saya juga tertarik dengan tema masokisme berhubung dulu saya punya teman sekolah sekaligus tetangga di Parepare yang punya gejala masokisme, tapi yang non gangguan seksual alias murni suka melukai diri karena ada alasan lain. Cuman... karena teman saya ini tampaknya sekarang udah sembuh, jadi saya bingung mau nyari penderita masokisme di mana ya. Kalau nyari di RSJ, juga rada susah karena kebanyakan di RSJ itu penderita skizo, depresi, epilepsi, mental organik dan sejenisnya. Masokisme pun juga jarang banget ada yang masuk RSJ.

Jadi, untuk saat ini saya nyari referensi mengenai psikologi klinis anak dulu...

Terus, karena ini program profesi, jadi tesis dan karya ilmiahnya kudu pake eksperimen atau intervensi atau asesmen. Jadi, udah bukan kayak anak S1 yang penelitiannya pake korelasi, hubungan, efektifitas dan sebagainya. Mengenai intervensi tersebut, saya jadi kepikiran dengan passion pribadi. Yap, writing. Dulu, saya juga pernah chatting dengan adik tingkat yang skripsinya tentang expressive writing. Akhirnya, saya pun tertarik untuk mempelajari model art intervention tersebut.

Euum.. untuk judulnya masih saya pikirkan lagi susunan kalimatnya. Ada laah pokoknya, nggak mau bilang sekarang, nanti aja biar nggak ada yang nyontek judulnya hihihi :D :p.

Tadi pagi itulah, saya kalap nyari dan download bejibun file jurnal internasional mengenai expressive writing dan kaitannya dengan trauma pada anak yatim. Alhamdulillaah dapat banyak, masih sekitar 36 jurnal internasional (bahasa inggris) dan nasional yang sudah di-download dan di daftar referensinya masih ada sekitar 50-an lebih yang belum saya coba buka. Ada sih yang pas buka disuruh bayar, duh duh... mahal, mending nyari yang gratis.

Nah, untuk kurikulum sekarang, tesis itu menggunakan referensi minimal 25 jurnal internasional dan selebihnya ditambah pula dengan referensi jurnal nasional serta buku-buku terkait. Mengingat juga bobot tesis ditambah sebesar 20 SKS, jadi kudu maksimal ngerjainnya. Semogaaa deh semester dua proposal saya udah bisa selesai jadi bisa tenang ketika memasuki musim praktik kerja dan praktikum nanti.

Oh iya, kalau teman-teman punya jurnal nasional atau internasional atau pernah menulis penelitian mengenai menulis ekspresif dan kaitannya dengan trauma pada anak, mohon share dong hehehe. Makasih yak ^__^

CURHAT ANAK MAPRO: LIBUR SEHARI

Hari ini saya libuuuur pemirsaaaah. Happy banget rasanya. Aslinya sih.. aslinya pagi tadi tuh masih ada 1 matrikulasi tapi badan saya dari kemaren pegel-pegel tak keruan dan saya putuskan untuk tidak masuk saja. Lagipula baru sekali ini doaaang saya nggak masuk, berarti masih bisa jadi syarat ikutan ujian dooong pas semester akhir nanti.

Libur. Sejujurnya kalau di dunia kerja, saya nggak suka kalau harus bolos apalagi libur begini kecuali tanggal merah. Libur itu menyebabkan saya jenuh. Mahasiswa saya dulu pun ngatain saya ini terlalu rajin, nggak mau alpa-in diri satu kali pun. Tapi... saya juga manusia hehehe. Ketika saya jadi mahasiswa lagi, libur itu adalah hal yang sangat berharga terlebih untuk yang mapro gini. Libur sehari itu udah bagai dapat harta karun.

Mumpung ini lagi libur, dari tadi saya udah kembali update produk-produk terbaru di online shop saya. Trus ngecekin orderan khimar pelanggan. Tapi... ada satu yang saya lupa. Sejak beli hape baru yaa.. hape itu sering saya pake buat update sosmed (twitter, FB, instagram, BBM, Path dll) buat jualan juga kalau pas lagi di kampus. Saya baru menyadari sejak beli phablet itu, belum pernah saya coba buat foto-fotoin barang dagangan atau minimal foto-foto buat narsis. Pernah sih nyoba cuman buat ngetes doang. Haha.. ya ampuuunn... hape aja bisa sampe terlantar gitu :D kasihaan.

Senin besok, perkuliahan di kelas sudah dimulai. Siap untuk menampung segudang tugas yang akan datang satu per satu. Nah, saya sama dua adik saya pun mulai berbagi motor. Karena motornya cuman ada dua dan saya nggak memungkinkan untuk pake mobil Bapak buat kuliah bareng adik-adik, jadi harus tetap pake motor. Entah gimana caranya nanti kudu bisa saling nebeng pas berangkat atau pas pulangnya.

Dua minggu ini berasa seperti robot lagi kerja rodi. Kelas sains enak banget nggak ada Psikodiagnostik, cuman masuk matrkulasi pas weekend. Laah.. kita yang profesi, sejak orientasi bulan lalu udah masuk sampe sekarang nggak ada libur. Sudah terbayang sih kalau kuliah kita emang padat. Makanya saya bilang tadi, kalau dapat libur satu jam aja apalagi satu hari tuuuh udah sesuatu banget buat anak profesi.

Yaap... mulai besok, tameng dan segala perlengkapan 'perang' udah harus disiapkan, termasuk nyiapin mental dan kesehatan fisik. Duit juga penting buat disiapin loooh. Secara hampir tiap hari niih kita adaaa aja buku yang perlu dibeli laah di-photocopy laah ini itu bla bla bla. Sementara, dompet saya nyaris kosong pemirsaaah. -__- Untunglah... Allah Maha Baik, ngasih rezeki lewat temen-temen kelas dan lainnya. Iya, jadi berangkat kuliah tuuh, sambil bawa barang dagangan. Alhamdulillaaah dagangan laku juga di kalangan temen-temen kelas hehehe.

Oke deh,, cukup sekian curhat saya hehehe. Untuk postingan yang psikologi banget masih tetep pending yaa. Nanti kalau udah klik topik yang pas baru deh saya update.
---

Oh ya, makasih banyak looh buat semua pembaca blog ini.
Beberapa hari lalu, saya dapat surat cinta dari salah satu pembaca setia blog ini. Waah... ternyata pembacanya ada yang dari ujung paling timur Indonesia. Semoga isi blog ini ada manfaatnya yaa. ^^

GADGET BARU SEMANGAT BARU

Mau curhat aja...

Sempat galau antara jadi beli atau tidak. Tapi, jumat lalu udah memutuskan untuk beli aja. Alhamdulillaah punya gadget android baru sekarang. Saya jatuh cintanya sama Galaxy Grand 2 dan masih saya rahasiakan dari ortu kalau saya beli itu pake uang saya sendiri. Hihihi...ussst... Kenapa saya rahasiakan dulu? Soalnya, rencana awal saya juga pengen beliin hape baru buat Mama tapi uangnya ternyata cuman pas buat beli Grand 2 karena selebihnya udah saya pake buat modal jualan, sebagian kecil buat bayar kuliah dan lain-lain. Jadi, surprisenya ditunda sampai saya punya gaji lagi dari hasil penjualan buku.

Untungnya, nggak lama lagi buku kedua terbit. Naaah dari penerbit yang berbeda ini ngasih DP gitu, jadi nggak papa lah uangnya buat beliin Mama hape. Jarang-jarang juga saya ngasih surprise karena dulu belum mampu punya uang sendiri.

Cuman pengen nyenengin hati ortu aja sih. Kasihan juga Mama nggak pernah dibelikan hape khusus. Pasti dapetnya dari transferan hape-hape lama kami. Jadi, walaupun Mama nggak mau dan nggak pinter pake layar sentuh, saya tetap niat mau beliin beliau hape Qwerty yang agak bagusan laah kameranya biar beliau bisa foto-foto. Mama sih bilangnya gitu, pengen punya hape yang kameranya lebih bagus biar fotonya juga bisa dicuci, nggak kayak hape jadul yang masih ngandalin infrared jadi foto-fotonya pas ke tanah suci nggak bisa dicuci.

Bismillaaah... semoga niat baik ini terlaksana dua bulan lagi aamiin. Naah.. pas udah beliin Mama hape, baru deh saya bocorin kalau saya udah beli hape duluan hehehe..peace Mom... biar nggak ngomel-ngomel walaupun udah tahu siih kalau saya mau beli hape.

CURHATAN ANAK PROFESI PSIKOLOGI (1)

Pagi tadi adalah jadwal matrikulasi hari kedua. Ketemu sama dosen-dosen lama dan mantan dosen wali ketika awal-awal semester S1 dulu.

Banyak pesan yang kami peroleh tadi yaaa walaupun menjelang siang (mau akhir) gitu udah mulai ngantuk.

Kami sekarang kan udah dikenai kurikulum baru. Jadi dengan beban SKS yang buanyaaak yaitu 82 SKS khusus anak profesi jadi mau tidak mau kami harus ekstra fokus buat mulai mikirin tesis. Tesis itu aja beban SKS-nya 20. Kebayaaaang nggak tuuuuh.... harus ngerjain tesis yang setara dengan nilai 20 SKS bukan pekerjaan yang mudah tapi juga sebenarnya gak sulit-sulit amat.

Sampai-sampai tadi, mantan dosen wali saya berpesan, "Mulai sekarang, kalian kalo buka laptop kudu fokus buat nyari jurnal-jurnal internasional aja untuk tesis kalian. Khusus anak profesi, jangan nyari topik kayak anak S1, topiknya kudu terapan dan intervensi, bukan sekadar teori."

Hehehehe... bagi kita yang doyan banget sosmed-an, sepertinya emang kudu dikurangi. Tapi, saya pribadi nggak begitu membatasi diri secara ekstrem untuk tidak sosmed-an sama sekali. Soalnya, saya juga kudu kontak sama pelanggan yang belanja jilbab, kudu update blog karena sayang sama temen-temen di sini :p dan saya juga kudu eksis buat tahu info-info terkini dari teman-teman yang tinggalnya jauh. Ini aja saya nyaris ketinggalan berita kalau ada satu sahabat terakrab saya yang mau nikah tahun depan. Naah loooh ini sahabat kedua terdekat saya looh. Jadi semua informasi di sosmed itu sebagiannya juga penting untuk diketahui hahaha *ngeles aja saya ini.

Ngomong soal tesis dan jurnal, saya jadi kepikiran juga sama pesan Bapaknya tadi. Anak profesi sebaiknya sudah harus memikirkan spesialisasinya, mau menjadi pakar apa. Kalo yang namanya psikolog kan, di dunia internasional itu dikenal sebagai Psikolog Klinis (only psikolog klinis-ini peraturan baru dari Asosiasi Psikologi Dunia dari APA). Kalau di blog dan sosmed, tulisan-tulisan saya ini kebanyakan tentang anak dan remaja ya, tapi saya juga masih mencari hal yang paling dominan, saya mau jadi spesialis apa yaaa?? Kan keren tuuh kalo udah tahu spesialisasinya, misalnya mau jadi pakar peneliti emosi, dikenal sebagai psikolog klinis pakar emosi. Dengan adanya spesialisasi yang pasti, kita pun bisa membangun kredibilitas yang tinggi... yaaa semacam bisa memberikan social influence laah ya nanti hehehe.

Saya terus terang masih nyari topik tesis ini. Kemarin sih udah nemu, tapi sayang banget gak dicatet jadi loose.. lewat begitu aja dari ingatan. Jadi lupa beneran deh mau meneliti tentang apa. But, semoga aja di semester satu sebelum masuk semester dua, saya udah bisa nemu topik dan minimal 25 jurnal internasional sebagai syarat referensi pendukung jurnal tesis nanti. Aamiin... Wish me luck ^^ Bismillaaah... insya Allah bisa lulus dua setengah tahun, kalo bisa lebih cepat dua tahun 3 bulan aja deeh aamiin...

MABUK TES RORSCACH

Saya nggak akan membahas mengenai tes Ro secara gamblang yaa. Tapi pengen share pengalaman selama dua hari belajar tes Ro, mulai rabu pagi sampai kamis sore tadi. Amazing, kan? Belajarnya to be continued kayak sinetron gitu :D.

Yang ngajar itu Pak Zainul. Lucu sih orangnya jadi gak begitu ngantuk lah di kelas karena ada guyonannya juga.

Rabu kemarin, kami belajar konsep dan penyajian/administrasi Tes Ro. Terus diberi tugas untuk skoring kuantitatif. Ya Allah.... mabuk sudah kami semua. Karena kemarin masih berhalangan shalat jadi sorenya langsung ke kos teman untuk ngerjain kelompokan. Cuman berdua emang masing-masing kelompoknya. Syukurnya, di kos temen kelas ini tuh ada temen saya zaman S1 yang baru aja lulus S2 (mau yudisium besok nih). Temen zaman S1 saya si Uun itu cinta banget sama tes Ro jadi kami ada guru besar deh buat belajar memahami. Alhamdulillaaaah.... dua halaman penuh dari separuh tugas skoring selesai juga pukul setengah sembilan malam. Akhirnya saya dipaksa untuk nginep aja daripada pulang jauuuuh ke Sawojajar. Mata pun udah ngantuk.


Pagi tadi, kami lanjutin lagi tuuuh bahas tugas skoring kemarin. Sama-sama nyocokin skoringnya. Sampai mbulleeeet ngecek primbonnya (buku cara skoring) bolak-balik. Bayangiiiiiin.... skoring 10 kartu tes Ro dengan respon yang jamak pada tiap kartu. Allahu akbar, good job kan? Banyaaaak bingiiiit!!! Ada yang beda sendiri jawabannya, ada yang nggak jawab dan kadang juga kompakan jawabnya kami pas ngecek skoring bersama tadi. Lucu siiih kudu hapalin dan pahamin simbol-simbol skoring yang bejibuuuuuun itu.

Di tengah-tengah Pak Zai ngomong, "Naaah bagi yang masih single niih, boleh aja nyoba ngetes calonnya pake tes Ro. Semua bibit, bebet dan bobotnya pasti ketahuan." Hhahaha.... bisa jadi.. bisa jadi... :D
Dari tes Ro itu, kita bisa tahu tingkat intelegensi seseorang, aspek emosi sampai kepribadiannya kayak gimana. 

Kalau dari lembar jawaban tes yang kita skoring itu, jawaban testee-nya beragam dan aneh-aneh. Maksudnya nggak lazim gitu. Dominasi jawabannya itu aneh-aneh dengan respon reaksi yang lamaaaa banget jawabnya. Yang paling membekas itu pas di kartu berapaaa gitu, di lembar jawaban, si testee nulis, "Ini patung dewa shiwa berkaki tiga." Saya sama temen kelompokan ngakak sendiri bacanya dari kemarin. Kok bisa gituuu lihat kartu itu kayak dewa shiwa, kakinya tiga pula dari mana? Perasaan, kakinya dewa shiwa cuman dua deh. Mungkin tiga sama tongkatnya kali ya? :D :D

Belum lagi, jawaban kelelawar warnanya ijo. Hehehe.. mekso bangeeet yaa jawabannya.

Ahhh... masih banyaaak deh jawaban yang lucu-lucu sampai bikin mumet skoringnya.

Syukurnya, semakin lama diskusi bersama pas pengecekan skoringnya, semakin kami memahami dan mulai hapal.. oooh kalau FM ini looh maksudnya, kalo C'F itu gini, m itu kayak gini, definite gini dan bla bla blaa. 

Saya sendiri juga nggak tahu pasti, ke depan akan lebih nguasain tes apa. Yang jelas, kami tentunya kudu nguasain semua alat tes walau memang belum bisa sampai expert karena jam terbang yang belum tinggi. Kalau dulu siih, karena saya pernah jadi tester klasikal untuk tes IST (waktu saya masih magang di UPT BK), jadi saya dulu minatnya di IST. Kalau untuk sekarang, tes Ro menurut saya juga menarik. Yang bikin mbulleeet emang pas skoring dan interpretasinya karena ada dua model: kuantitatif dan kualitatif. Belum lagi tes-tes lain besok yang harus dipelajari juga. Apapun itu, mudah-mudahaan siiih ilmunya masih paham dan inget dan bisa diaplikasikan pas udah sumpah profesi dan buka praktek jadi psikolog nanti.

Mohon doanya yaa... semoga dua atau dua setengah tahun mendatang bisa lulus segera dari bangku Mapro ini aaamiiin... Nanti kalau mau konseling pas udah punya SIPP bolehlaaah yaa datang ke tempat saya ehehehehe... tapi pastinya karena udah profesional, ada tarifnyaaa doooong. hehehe.. Kuliahnya udah mahalnya selangit, masa gretongan doang ngasih tesnya. :D

Oke deh, itu cerita saya hari ini.

PSIKODIAGNOSTIK MAGISTER PROFESI PSIKOLOGI

Assalamu'alaikum

Saya kangeeeen setengah mampus dah sama blog ini dan teman-teman blogger semua. Mohon maaf bila blog ini terkhusus tema-tema psikologinya bakalan jarang update. Ternyata sesuai dengan prediksi awal. Sejak 31 Agustus kemarin, saya udah mulai orientasi kuliah. Minggu ini hingga minggu berikutnya full dari senin sampai minggu saya kuliah psikodiagnostik disertai matrkulasi pada sabtu dan minggu selama dua pekan. Jadwalnya mulai jam 8 pagi hingga maksimal jam 5 sore. Dengan jarak tempuh rumah-kampus kurang lebih 30 menit, bisa terbayang ritme hidup saya tiap hari.


Pagi-pagi buta udah bangun kemudian shalat. Karena saya dapat kebagian tugas nyapu, jadi pas bangun itu udah nyapu bersih-bersih (masih di pagi buta). Lalu setelah itu mandi dan kalau ada cucian yang kudu dijemur, maka tugas saya jemur baju saya dulu (soalnya tiap hari ganti baju terus karena pakainya kan full satu hari jadi nggak mungkin baju itu saya pakai lagi di hari berikutnya). Setelah itu nyiapin bekal bontot untuk kuliah. Iya, saya berinisiatif aja gitu bawa bontot sendiri meski udah sarapan dari rumah biar ngirit duit dan bosan juga kalau harus beli di luar dengan menu itu-itu doang. Lalu, setelah ganti baju, pamit sama emaaak langsung capcus daah ngampus. Pulangnya hampir maghrib dan nyampe rumah biasanya langsung mandi, makan malam dan gak lama tidur (untuk sementara memang belum ada tugas jadi langsung tidur).

Begitulah kesibukan tiap hari.

Oh ya... kuliahnya sih memang belum mulai karena masih psikodiagnostik dua minggu ini. Tapi, bisa dibayangin deh gimana ntar kalo udah masuk kuliah, kemungkinan besar malam juga akan sibuk ngerjain tugas sehingga nggak punya waktu untuk ngutak-atik hal lain yang nggak begitu penting.

Kami di kelas profesi itu emang cuman dibatasi 20 orang. Di gelombang pertama tuh terjaring 4 orang, lalu di gelombang kedua saya dan teman-teman tuh yang keterima cuman 11 dari 40-an yang khusus daftar magister profesi dan 5 orang sisanya adalah anak double degree yang kemaren ambil kelas sains lalu pengen lanjut kelas profesi. Jadilah kami satu keluarga dengan mayoritas cewek-cewek dan cowoknya cuman dua biji, hehehe. 

Untuk sekarang sih emang masih belum saling mengenal lebih dalam. Bahkan, kami semua belum pada hapal nama masing-masing karena masih terlihat geng-geng nya haha. Meski demikian, untuk magister profesi memang aroma individualnya akan tercium lebih menyengat. Beda ketika zaman S1 dulu. Walau saat S1, saya juga terjaring dalam kelas khusus bilingual dengan jumlah orang yang memang tidak sebanyak kelas besar, tapi aroma konformitas dan keakraban dengan seluruh anggota kelas sangat kental bahkan sampai kami lulus pun masih pada kontak. Ya.. ya.. yaa... begitulah.

Euuum... kalo soal kuliah psikodiagnostik ini siiiih maksudnya kami tuuuh dapat materi seputar alat-alat tes psikologi full mulai dari administrasi, skoring hingga interpretasinya. Menarik memang, tapi jujur bikin ngantuk di waktu genting (waktu siang hingga sore). Memang sih kami tidak bisa sampai mahir karena waktunya pun juga terbatas sehingga kami wajib mempelajari dan mendalaminya sendiri di luar kelas.

Setelah dua pekan ini berakhir, kami semua langsung masuk kuliah tamu dan kuliah seperti biasanya di kelas. Benar-benar nggak ada libur. Makanya sejak awal sudah ada perjanjian di atas materai bahwa anak profesi tidak diperbolehkan untuk magang/part time apalagi nyambi kerja selama masa kuliah. Naaah, beda dengan anak sains, masih bisa nyambi kerja karena kuliahnya nggak full satu minggu. Sementara anak profesi kayak kami ini, sabtu-minggu itu akan sering dipakai sebagai waktu kuliah tambahan, baik di lab, kelas maupun belajar mandiri di luar kelas atau rumah.

Meski sibuk, semoga semua bisa ter-handle dengan baik, semoga tetap diberi keistiqamahan dalam beribadah wajib maupun sunnah dan semoga diberi kesehatan dan kekuatan. Aamiin.

Oh ya, kata dosen siiih, anak profesi itu boleh-boleh aja nikah. Kalau mau ngambil cuti bisa ambil saat semester 2. Hahaha... bukan berarti dilarang nikah, bahkan kami juga punya tuh teman-teman yang udah pada punya anak. Hebat, kan? Kalau saya sih, nurut sama takdir Allah saja. Ikhtiar sih tentunya masih jalan (ikhtiar doa dan perbaikan diri maksudnya hehehe). Urusan kapan datangnya jodoh, kalau memang itu sudah jadi pilihan Allah untuk saya di sela-sela kuliah, yaaa why not. Namun, kalau memang mau cepat lulus, sebaiknya yang udah punya niat nikah gitu segera briefing sama calonnya untuk nggak punya anak dulu karena ntar cutinya bakal lama dan SKS pun jadi tambah molor. Padahal, tau sendiri kan kalau sekarang, jumlah SKS untuk profesi ditambah menjadi 82 SKS dengan masa kuliah 4 semester. Amazing, kaaaan?

Hehehe... mungkin cerita ini nggak beraturan ya. Yang penting saya udah update blog ini setidaknya hehee biar nggak kosong-kosong amat.

Oh ya, buat temen-temen yang ngontak saya di jam-jam genting kuliah, mohon maaf jika late response yaa sebab selama kuliah, hape kudu di-silent atau di-nonaktifkan. Jadi, lebih memungkinkan untuk mengontak saya di malam hari (jika memang ada keperluan mendesak) kecuali kalau saya lagi sibuk ngerjain tugas, kemungkinan bakal lamaaa balasnya hehehe. Ngapunten nggih :D

Ya udah deh, segitu dulu aja cerita saya. Nanti insya Allah disambung lagi dengan tema yang sama yaitu kuliah profesi.

Semangaaaaat ^____^