Pages

KASUS ADE SARA: CINTA BERUJUNG MAUT

credit: makassarbisnis.com
Masih ingat dengan kasus pembunuhan Mahasiswi 19 tahun bernama Ade Sara? Yang ngikutin perkembangan beritanya, pasti masih hapal. Dulu pas kasus ini lagi hangat, saya nggak begitu ngikutin karena waktu itu jaraaaang nonton TV. Tahunya cuman pas di acara Hitam Putih dan TV One, itupun telat hehehe.

Saya sempat nonton juga di Youtube. Beberapa psikolog yang diwawancarai mengenai kasus tersebut, ada di antara mereka yang menyatakan bahwa kedua tersangka pembunuh Ade Sara itu mempunyai indikasi Psikopat. 

Sebenarnya saya pribadi kurang setuju dengan pernyataan psikolog tersebut karena kesannya langsung men-judge. Kecuali kalo psikolog tersebut memang orang yang menangani kasus itu, tentu tidak akan gamblang bicara demikian.


Bagi orang awam yang biasa nonton kasus pembunuhan yang berbentuk sadis kayak mutilasi atau sejenisnya itu, pasti banyak yang berceloteh, "Pembunuh berdarah dingin. Psikopat!" Tapi sejatinya, sebagai psikolog yang hanya mengamati tanpa "menyentuh" kasus itu, semestinya gak boleh langsung men-judge bahwa tersangka Hafitd dan Sifa itu adalah psikopat. Untuk memastikan apakah seseorang itu adalah psikopat, tentunya harus berdasarkan pada serangkaian tes dan hasil diagnosa yang valid. Observasi saja tidak cukup.

Kalau saya pribadi, melihat semua kasus pembunuhan termasuk kasus Sara ini, pasti memiliki motif. Kalau mau mengetahui motif itu sendiri, tentu tidak bisa hanya dengan mencomot atau mempercayai keterangan dari para pelaku atau saksi. Caranya bagaimana? Tentu kita harus mengurai benang panjang ke masa lalu kedua pelaku tersebut. Selain motif yang mungkin sudah mereka rencanakan, pasti ada faktor lain yang menyebabkan si pelaku mengambil jalan untuk menyelesaikan permasalahan tersebut dengan cara sadis seperti itu.

Kalau baca di berbagai sosmed termasuk blog, mayoritas menuliskan dari sumber yang sama. Tapi, saya kemudian memperoleh informasi yang sedikit berbeda. Ternyata memang benar, ada hal menarik lain yang sangat bisa menjadi faktor pencetus pelaku melakukan pembunuhan.

Flashback dulu deh ya ke ceritanya. Jadi, si Ade dan Hafitd ini pernah berpacaran. Terus, mereka akhirnya putus. Ade yang memiliki inisiatif untuk putus. Sayangnya si Hafitd ini tidak terima. Lucunya, di tengah ketidakmampuan Hafitd untuk move on dari Ade, ada wanita simpanan di belakangnya yaitu Sifa. Yaa bisa dibilang Sifa ini kekasih gelapnya gitu dah.

Karena tidak terima diputusin, Hafitd terus mengontak Ade tapi tak ada respon. SMS atau teleponnya ditolak/di-reject terus oleh Ade. Sikap avoidant (menghindar) yang dilakukan Ade inilah yang menjadi pemicu marahnya Hafitd. Di sisi lain, Sifa ini sangat cemburu karena mengetahui Hafitd masih mencintai Ade. Berdasarkan keterangan mamanya si Ade, Ade tuh nggak pernah mau berteman dengan Sifa karena menurut pengamatannya Sifa ini adalah gadis yang kurang baik. Jadi, pada awalnya memang sudah fix bahwa ada jarak di antara Ade dan Sifa.

Berhari-hari, Hafitd terus mengontak Ade, tapi ditolak lagi. Akhirnya bom molotov dalam hati Hafitd meledak sudah. Muncullah rasa frustrasi yang merupakan tanda ketidakmampuan dalam memenuhi kebutuhannya. Hafitd frustrasi karena gagal memenuhi kebutuhan kasih sayang. Ingin dicintai lagi oleh Ade, tapi tak pernah ada tanggapan baik dari pihak Ade. Sayangnya rasa frustasi ini justru diluapkan ke dalam bentuk negatif berupa tindakan agresi. Agresi ini maksudnya suatu tindakan yang bersifat merusak seperti menyerang, memaksa atau bentuk-bentuk kekerasan lain. Tindakan agresi ini lahir sebagai akibat dari rasa frustrasi seseorang yang tidak mampu mengendalikan dirinya. Yang menjadi buahnya adalah pikiran-pikiran negatif kemudian menguasai orang tersebut sehingga tidak lagi dapat berpikir jernih dan cenderung akan berbuat kerusakan yang mungkin saja bisa berakibat fatal.

Hafitd mulai merencanakan untuk membalas dendam kepada Ade. Pada waktu yang sama, Sifa pun ingin berniat jahat pada Ade namun mereka berdua beda motif. Yang satu tidak terima diputusin dan gagal move on, yang satunya karena cemburu buta. Untuk alur proses pembunuhannya tidak perlu saya jelaskan karena pasti kalian masih pada hapal, kan? :)

Mengingat dari keterangan pelaku, seorang psikolog forensik pernah angkat bicara. Terlepas dari apapun motif kedua pelaku ini, hal ini memunculkan bukti baru. Apakah itu? Menurutnya, kedua pelaku ini mungkin saja tidak berniat untuk membunuh. Mereka awalnya hanya berniat menyiksa/menganiaya korban. Penganiayaan ini dilakukan selama kurang lebih 7 jam di dalam mobil Hafitd. Korban dianiaya dengan alat kejut listrik bertegangan tinggi lalu mulutnya disumpelin sama kertas koran dan tissu. Nah, tindakan inilah yang kemudian tidak disadari oleh kedua pelaku bahwa apa yang mereka lakukan kemudian menyebabkan nyawa si Ade melayang. Akhirnya, yang tadinya mereka mau menghapus jejak, mereka malah bertindak ceroboh. Membuang mayat korban di pinggir jalan tol, salah satunya. 

Whatever laah ya, yang jelas ujung dari penganiayaan itu toh juga sudah melenyapkan nyawa orang.

Tapi menariknya, pada proses penyelidikan, kita memperoleh sebuah fakta lain di balik siapa sebenarnya kedua pelaku tersebut. Yang paling banyak disorot oleh media waktu itu adalah si Hafitd ini karena dia yang paling dekat sama korban alias mantan pacarnya. Kata mamanya si Ade, Hafitd ini adalah anak orang kaya namun selalu saja suka berbuat onar terhadap orang lain termasuk pada Ade. Menurut tetangga, Hafitd ini bukan orang yang ramah, suka marah-marah dan pernah kepergok berbuat kasar pada mantan pacarnya yang lama. 

Diketahui dari pola asuh keluarga pun juga sama "rusaknya". Ternyata Hafitd ini memang merupakan tipe anak yang sejak kecil sudah mengalami kekurangan akan kebutuhan kasih sayang dari orang tua. Ortunya itu jarang sekali menyisihkan waktu untuk Hafitd, malah cenderung tidak diacuhkan kalau di rumah. Akibatnya, Hafitd sering mencari kepuasan akan kebutuhan tersebut di luar rumah. Jadi, dari fakta ini bisa juga tuh diambil benang merah bahwa perilaku agresi Hafitd terhadap Ade ini adalah sebuah akumulasi dari pola-pola frustrasi masa lalunya. Jika diberikan tes psikologi, mungkin saja akan keluar hasil interpretasi serupa mengenai pola agresi ini.

Jadi, ini bukan hanya soal cinta segitiga, guys. Masalah ini jauh lebih kompleks penyebabnya jika diulur ke belakang. Masalah cinta segitiga, perselingkuhan dan gagal move on di kalangan remaja ini padahal hanya sebuah masalah yang sangat bisa diatasi dengan cara yang simple pula. Karena memang si pelaku ini menyimpan benih-benih negatif lama dalam dirinya, akibatnya jalan penyelesaian yang ditempuh serba fatal.

Hmm.. miris juga sih. Lagi dan lagi berangkat dari persoalan berlabel cinta masa muda. Pacaran, selingkuh dan lain-lainnya memang bukan hal tabu lagi bagi para remaja seumuran mereka. Namun siapa sangka, ketika masalah-masalah kecil yang sebenarnya bisa diselesaikan secara baik-baik, malah berujung pada maut.

Sikap penghindaran yang dilakukan oleh Ade sebetulnya juga keliru. Cara seperti ini memang akan berbuah pahit. Kenapa? Yang namanya manusia itu sifatnya penuntut, kan? Ketika dihadapkan oleh situasi di mana dia harus memperoleh jawaban pasti sesegera mungkin, maka mau tidak mau, dia harus mendapatkannya agar hatinya lega dan puas. 


Baiklah, sekian dari saya.
Semoga bermanfaat ^^

APA PARFUM FAVORITMU?

Kalau ditanya soal parfum, saya sih bukan orang yang gila minyak wangi. Bukan hanya lantaran ada hadits yang melarang wanita menggunakan wewangian ketika keluar rumah, tapi memang dasar saya yang sedikit alergi dengan wangi parfum.

Waktu masih sekolah, Bapak sering belanja parfum di toko langganannya. Parfum yang dibeli adaaa aja merk-nya. Saya biasanya juga dikasih satu botol. Tapi, karena Bapak juga alergi dengan wewangian, makanya yang dibeli itu pasti parfum dengan wangi yang soft, tidak terlalu tercium dan cepat hilang.

Parfum-parfum yang pernah saya pakai itu antara lain sebagai berikut:

Ini dulu parfum yang suka saya pakai waktu sekolah
enak banget wanginya soft, gak menyengat dan gampang hilang
jadi gak berasa kayak pakai parfum gitu


Ini sih pemberian dari Mama
wanginya gak menyengat dan cepat hilang

Saya memang hampir tidak pernah memakai parfum. Saya justru lebih menyukai wangi baby (pakai minyak kayu putih plus bedak tabur baby). Jadi, tiap habis mandi, saya pasti nggak pernah absen untuk selalu memakai minyak cajuput+bedak baby yang hypoallergenic (sebab kulit saya tergolong sensitif).

Nah, bagi kamu-kamu yang nggak suka atau mau pakai parfum tapi dengan wangi yang cepat hilang, nggak mudah tercium dan nggak bikin alergi, sebaiknya pilih dulu merk yang memang terjamin kualitasnya. Kalau masalah merk, tidak usah takut. Kalau malas berbelanja langsung ke toko, sekarang kan ada situs belanja online yang semakin menjamur. Salah satu website yang menyediakan berbagai kebutuhan dengan merk-merk berkualitas dan terjamin, kamu bisa mengunjungi Zalora. Di sini, kamu bisa milah-milih sesuka hati, yang pasti kudu sesuai budget juga ya biar nggak kalap. 

Untuk koleksi parfum di Zalora sendiri tuh banyaaak bingit. Kamu bisa pilih mulai dari yang harganya paling miring hingga yang berkelas kayak parfum Paris Hilton, Mariah Carey, Britney Spears, Calvin Klein, Davidoff dan lain-lain. 

credit: Zalora
Buat kamu yang suka dengan wewangian floral tapi pengennya tetap soft dan mewah, kamu bisa mencoba parfum Mariah Carey EDP spray 100ml.

Kalau mau coba yang lain, kamu bisa langsung meliriknya ke link ini: Koleksi Parfum Zalora.

Yang terpenting adalah mau kamu suka pakai parfum/tidak, atau apapun parfum favoritmu, sebaiknya jangan sampai bikin kamu sendiri nggak nyaman ketika memakainya. Satu lagi, jangan bikin orang lain nggak nyaman ketika mencium wewangian yang lagi kamu pakai apalagi berdekatan dengan yang punya alergi terhadap parfum. Bagi yang muslim/muslimah, pakai parfumnya di hadapan suami/istri (kalau sudah punya pasangan). So, bijaklah dalam penggunaannya ya guys. 

MEMBENAHI RESOLUSI

credit by kompasiana
Saya paling suka menulis. Jadi, kalo ada schedule atau impian yang ingin dicapai, akan saya beberkan dalam buku agenda pribadi. Tahun ini, alhamdulillah beberapa resolusi telah Allah kabulkan. Awal-awal 2014, saya sempat menuliskan resolusi di antaranya, akan ada minimal 3 buku yang bisa terbit tahun ini dan bisa lanjut S2. Alhamdulillah keduanya tercapai walau sedang dalam proses penyempurnaan. Saya juga sempat menulis semoga dapat tawaran bedah buku. Eh, alhamdulillah terkabul juga. Allah emang Mahabaik ya :).

Untuk pertengahan 2014 ini, saya sudah memperbarui resolusi. Saya catat lagi dengan urutan yang nggak jauh beda dari sebelumnya. Satu resolusi yang kemarin sempat memantik keraguan: menikah. Resolusi yang ini saya letakkan kembali di urutan paling terakhir, tapi bukan maksud ingin agar tercapainya paling akhir. Biasanya siiih.. resolusi yang paling sangat ingin saya capai di antara yang lain akan saya letakkan di urutan pertama dan terakhir. Jadi intinya hehehe... kalau bisa lebih cepat, why not? :D Yaaa.. semua kembali lagi pada Allah karena Dia yang menentukan.

Heum, selain itu, saya juga punya resolusi yang nggak saya perbarui tapi pernah saya tulis di halaman awal-awal agenda. Apa itu? Membangun panti asuhan. Saya bingung caranya gimana makanya belum punya konsep untuk menuliskannya lebih detil. Kalau punya partner yang sama-sama punya impian ini siiih alangkah indahnya gitu yaah jadi ada energi buat sama-sama mengusung rencana ke sana. Kenapa sih saya pengen sekali bangun panti asuhan. Karena saya selalu miris melihat anak-anak terlantar di jalanan. Apalagi mereka yang masih balita gitu harus terpisah dari orang tua. Saya awalnya ingin mengkhususkan, membangun panti asuhan yang juga ada pelayanan psikologinya. Jadi, kalo ada anak-anak terlantar yang punya riwayat kelainan jiwa juga bisa ditampung dan dirawat di situ. Tentu, ini memerlukan biaya yang tidak sedikit, kan? Nah, itulah yang bikin saya bingung. Uangnya dapat dari mana ya hehehe sementara saya sekarang kuliah. Kuliah pun, ada peraturan khusus dilarang untuk nyambi kerja. Jadi, impian tersebut dengan berat hati saya pinggirkan dulu untuk waktu yang tidak ditentukan :(. Bukannya malu atau gak yakin bisa ngewujudin. Tapi, semua tentu harus punya action konkret. Itulah yang belum saya miliki. Kalau saja royaltinya ngalir deras ratusan juta per bulan gitu ya hehehe :D sangat bisa tuuh untuk memulai membeli tanah hihihi. Lagipula saya sempat nyari tahu, ternyata ngurus administrasinya tuhh gak gampaaang, belum harus ke notaris. Heuum.. ini niih saya masih buta soal beginian.

Jadi, untuk tahun 2014/2015 ini, saya ingin bersungguh-sungguh fokus untuk resolusi paling urgent dulu. Walau niatnya bisa nikah 2015, tetap saya balikin niat ini ke Allah. Yang jelas sekarang, saya pengen fokus memikirkan rencana apa yang akan saya lakukan saat kuliah nanti. Saya udah punya target untuk menulis buku psikologi, cumaan karena idenya masih berjejalan nggak jelas, jadi perlu dipetakan dulu seperti apa. Dan, pentingnya lagi adalah mencari cara untuk nyuri waktu buat menulis di tengah kesibukan kuliah. Untuk buku baru, saya menurunkan target. Karena kuliah profesi sangat padat, jadi yang tahun kemarin bisa minimal 3 bahkan 4 buku udah mau terbit. Maka 2015 mendatang, saya turunkan jadi minimal 1 atau 2. Hihihi dikit banget yaak. Yaa semoga ajaaa bisa kesampean. Aamiin... ^^

Lainnya, saya juga pengen mulai berdagang, naah jadi sekarang mulai ancang-ancang nih ngumpulin modal juga. Tujuannya siiih biar bisa bantu bayar kuliah. Kan maluuu kalau minta terus sama ortu. Paling tidak, alhamdulillah ada simpanan royalti yang bisa dipakai untuk beberapa bulan hingga tahun 2015 mendatang. Jadi uangnya bisa diputar buat usaha. Oh ya, jangan lupa sedekah juga sih ya biar rezekinya barokah. Hehehe.. oke deh. siip. lanjutkan!

ALHAMDULILLAH S2 PROFESI UMM

Alhamdulillaaah akhirnya pengumuman mengatakan bahwa saya masuk menjadi salah satu mahasiswi Magister Profesi Psikologi di Universitas Muhammadiyah Malang.

UMM lagi ya? Pengen sih awalnya nyoba di tempat lain. Tapi, saya lebih mempertimbangkan soal biaya. Uang simpanan saya juga tidak begitu banyak jadi ngirit untuk nge-kos karena udah tinggal di rumah sendiri sekarang (yaaa walaupun jauuh dari kampus).


Saya juga sungkaaan mintaa melulu sama ortu. In sya Allah semoga Allah ngasih rezeki yang mengalir terus biar saya juga bisa bantu bayar ongkos kuliah tiap harinya. In sya Allah mampu walau SPP dan DPP masih minta bantuan ortu sih hehe.

Yak yaak... semangat kuliaah lagi, memenuhi panggilan hati.
Dua setengah tahun sesuai keputusan yang berlaku dari HIMPSI, semoga bisa terlewati.

Semoga gelar M.Psi Psikolognya nanti bisa makin berkah, ilmunya semoga makin luas dan makiiiin bermanfaat untuk orang lain.

Karena kuliahnya bakal padat, mohon doakan yaa biar Emma bisa tetep istiqamah menulis (baik nyicil dratf buku atau update blog). In sya Allah, semoga Allah memudahkan keduanya, aamiin.

KAPAN ANAK SIAP BERSOSIALISASI?

Bismillahirrahmanirrahim...
Ngapunten banget buat yang udah request. Langsung aja, sekarang saya akan coba uraikan hasil request-an Bunda Tri Wahyu Handayani.

Berikut ini adalah pertanyaan beliau:
by halocities.com
"Saya punya side job sebagai guru les musik (piano). Akhir2 ini ada trend, ibu2 muda me-les-kan putra-putrinya msh sangat muda, 2 sampai 4 tahun. Mereka agak 'maksa' me-les-kan anak2nya tsb, alasannya spy ada kesibukan. Nah, beberapa anak tsb memang tidak siap, ada yg nangis tiap les. Ada yg tenang2 udh les, tapi Bundanya diam2 keluar ruangan, pergi kemana. Minggu berikutnya anak tsb ga mau ditinggal oleh Bundanya, nangis berkepanjangan dan tantrum. Ini terjadi bukan pada satu anak saja.
Sebagai guru suka bingung menghadapi anak yg tantrum dan Bunda yg memaksakan kehendak.
Memang ada sih anak2 yg siap belajar musik di usia yg sangat muda. Tetapi tidak semua anak siap bukan?
Bahkan ada anak2 yg diam saja, tidak siap menerima arahan, nunduk terus, tidak bicara apapun.
Sebagai guru sering merasakan seorang anak ada masalah atau tidak karena perbandingan dengan anak2 yg lain, tetapi tidak tahu masalahnya apa. Mungkin karena bukan psikolog.

Pertanyaan saya, usia berapa anak siap menerima arahan dan bersosialisasi? Bagaimana menjelaskan ke Bunda2 tersebut bahwa anaknya ada masalah dan sebaiknya dikonsultasikan ke ahlinya."

----
Beberapa hari lalu, saya baru saja sibuk menikmati acara TV melalui Youtube mengenai persoalan psikologis dengan bintang tamu para psikolog anak khususnya. Salah satu topik permasalahan yang sedang dibahas bersama Mbak Lizzie (Psikolog) yaitu mengenai bagaimana orangtua mengarahkan anak untuk mengasah bakatnya.

Zaman modern sekarang kan udah banyak bertaburan les-les private. Ada les private khusus akademik seperti Matematika, Bahasa Inggris dan sebagainya. Ada juga les yang mewadahi hobi/kesenangan/bakat dan minat anak. 

Dari uraian singkat yang dipaparkan oleh Bunda Tri di atas, tampak jelas sekali bahwa ternyata masih ada looh ortu yang "sengaja" memasukkan/mengikutkan anaknya ke sebuah lembaga les/bimbel hanya karena gengsi atau faktor lain yang memang bersifat eksternal. Di samping itu, anak-anak mereka sudah menunjukkan ketidaksukaan/ketidaktertarikan pada jenis tersebut. Lalu, salahkah cara yang dilakukan ortu-ortu itu? 
Mengenai bakat dan minat anak ini biasanya sudah bisa dideteksi sejak dini dan dari usia yang bervariasi. Ada anak yang sudah mulai menunjukkan ketertarikannya terhadap sesuatu hal pada usia 3 tahun, 4 tahun atau bisa lebih cepat dan lebih lambat dari itu. Sebagai orang tua, tugas mereka bukan hanya sekadar mendeteksi, "Oooh jadi dia suka main piano. Ooh jadi si adek sukanya menggambar." Biasanya, anak itu akan lebih mudah berpindah-pindah dari satu objek ketertarikan ke objek lainnya. Intinya, di usia yang sangat dini ini, minat anak masih sangat mungkin mengalami perubahan.

Trus gimana dong cara mengetahui bahwa A atau B itu adalah bakat/minat anak yang paling menonjol? Cara konvensionalnya adalah, rajinlah mengamati/observasi si anak. Misalnya, belakangan ini dia lagi suka menggambar. Terus amati durasi, frekuensi, intensi anak ketika dia sedang menggambar dari hari ke hari. Sesekali, ortu juga bisa bertanya pada anak, "Adek suka nggambar ya? Emangnya apa yang adek sukai kalo lagi nggambar? Adek senang ya kalo lagi menggambar?" Mungkin, mereka akan bilang, "Suka. Senang."

Amati aja terus aktivitas ini setiap hari. Kalau suatu ketika ada saat di mana ortu beliin peralatan menggambar lagi untuk ke sekian kali tapi si anak mulai ogah-ogahan, coba ditanyain, "Adek mau ngapain lagi? Adek sukanya apa?" Kalo ternyata dia mulai memunculkan ketertarikan pada objek lain, lakukan hal yang sama yaitu observasi.

Kebiasaan anak kayak di atas ini biasanya saat mereka berusia 0-2 tahun. Pada usia ini, minat anak terhadap sesuatu akan semakin berlimpah, seringnya begitu. Sebab, ini adalah fase sensori motorik di mana akan anak lagi senang-senangnya mencoba segala sesuatu, mengamati/meraba/merasakan sesuatu dengan panca inderanya untuk mengenal objek-objek di sekelilingnya.

Kalau pada rentang usia 3-6 tahun ini disebut pra-operasional di mana anak suka melakukan sesuatu yang berasal dari apa yang mereka amati atau tiru. Misalnya, si anak ini suka banget nonton Ultramen Mebius. Selain suka, dia juga jadi sering mengimitasi gerakan-gerakan sang Ultramen, suka minta dibeliin baju Ultramen dan apa saja yang berhubungan dengan itu.

Umumnya sih, akan lebih mudah melihat ke arah mana bakat anak ketika sudah berusia sekitar 4-6 tahun. Tapi ada juga looh yang sudah bisa terdeteksi sejak di dalam kandungan. Contohnya saja kayak si Roma, adik sepupu Bastian. Kata sang tante sewaktu diwawancarain gitu, Roma ini sudah ada tanda-tanda menyukai bidang entertain sejak dalam kandungan terutama musik. Soalnya ketika ibunya hamil, janin Roma suka gerak-gerak gitu ketika mendengarkan musik nge-beat. Dan, ketika besar, saat ia tidur lalu terdengar musik, anggota tubuhnya spontanitas turut bergerak merespon musik tersebut. Hingga sekarang, ortunya mulai memperkenalkannya kepada industri musik. Si Roma ini sukanya nyanyi sambil dancer kayak tokoh idolanya yaitu Beyonce.

Usia 3-6 tahun banyak yang bilang sebagai golden age, kan? Makanya di usia-usia ini banyak ortu yang getol mengarahkan sang anak untuk ngasah bakat mereka. Tapi, ternyata masih ada saja ortu yang keliru dalam mengidentifikasi bakat sang anak. Jadinya, ketika si ortu memasukkan mereka untuk les, si anak akan merasa bahwa ortu lagi maksa, mereka nangis dan selalu minta pulang ketika berada di tempat les. Seringnya pula, ortu cuman berargumen, "Biasalah itu! Mungkin karena lingkungan baru jadi mereka cuman butuh adaptasi aja."

Kekeliruan ortu dalam mengarahkan anak ini juga bisa berakibat fatal. Jadi sebaiknya, hindari memaksa anak untuk ikut les tertentu apalagi kalau anak sudah menunjukkan isyarat TIDAK SUKA. Sebaliknya, biarkan sang anak yang lebih berinisiatif, mereka maunya apa. Ortu juga harus bertanya kepada mereka. Kalau mereka memang tertarik dengan musik, maka coba masukkan ke les privat musik. 

Ketika anak berada di tempat les, lalu menangis, cuman ada 2 hal yang mungkin menjadi penyebabnya: pertama karena krisis sosialisasi di mana anak seumuran itu memang belum memiliki kemampuan yang optimal untuk bersosialisasi/beradaptasi pada lingkungan yang baru. Atau faktor kedua yaitu karena anak memang tidak minat dan ortu semakin memaksa/keras kepala.

Jadi,  Bunda Tri mungkin bisa melacak, manakah penyebab yang lebih menonjol di antara keduanya. Kalau sudah bisa terdeteksi, maka lakukan pendekatan dengan ortu. Bicarakan saja kepada mereka secara baik-baik bahwa anak mereka memang tidak menyukai (jika memang penyebabnya karena anak tidak punya minat pada bidang itu). 

Namun, jika masalahnya karena kesulitan beradaptasi, maka ortu dan guru juga harus bersabar, telaten dalam membantu anak untuk melalui masa krisis tersebut. Caranya mungkin di tempat les, bisa diselingi dengan permainan psikologis untuk mengukur leadership, kerja sama dan aspek-aspek lain pada anak itu sendiri. Banyak kok sekarang permainan macam itu, bisa di-download tuh di om google modul-modul PDF-nya atau nyari di buku-buku psikologi populer; buku psikologi bermain pada anak. Jadi, selain belajar serius untuk lebih mengembangkan dan mengarahkan bakat anak, guru juga bisa melatih berbagai aspek sosial pada diri anak. Selain itu, ortu juga harus memberikan support. Oke, nggak masalah kalo mereka menemani anak pada saat jam les dan ikut bermain pula. Tapi, latih anak juga agar mereka bisa ditinggal sendiri dan bersosialisasi sama temen-temen barunya. Harus sabar dan jangan pakai gengsi ya.

Lain halnya kalo masalah ketidaksukaan, tantrum atau perilaku negatif sang anak muncul karena memang ada gejala-gejala kelainan psikologis. Ini tentu harus dikonsultasikan pada ahlinya sebab anak dengan kelainan psikologis ada juga yang lebih suka menarik diri dari lingkungan/sangat sensitif terhadap orang baru karena masalah-masalah/penyebab tertentu yang disebabkan oleh riwayat psikis tadi.

Oke deh, demikian uraian saya. Kalau ada yang kurang, silakan ditambahin ya. Semoga bermanfaat ^__^


APA KELEBIHAN DAN KEKURANGANMU?

Bismillahirrahmanirrahim...

Hari ke-16 Ramadhan, kalian ngapain aja? Pasti pada puasa kan semuanya? Kalau saya masih sedang "lampu merah". Sejak 8 Juli lalu sampai hari ini, saya nggak puasa. Sedih sekaligus senang. Sedih karena baru dapat seminggu puasa. Senang karena di rumah banyak makanaaaan jadi bisa ngemil untuk program nambah berat badan yaaa -__- meskipun kenyataannya badanku sulit untuk gemuk.

Kemarin adalah masa-masa stressful bagi saya. Ikutan tes seleksi mapro seharian bikin fisik+mental lelah. Alhamdulillah bangun tadi, kepala sudah nggak pusing lagi. Jadi, hari ini hingga tanggal 16 Juli mendatang, saya pengen istirahat total. In sya Allah sih besok udah puasa lagi (semoga) jadi bisa nyempatin diri buat curhat sama Allah, memohon agar diberikan kelulusan masuk maproooo... aamiin....! Yeaaah, tandanya sebentar lagi saya harus menuntut ilmu (lagi). 

Aaah cukup sekian intermezzo-nya.

Lanjut pada tema postingan kali ini. Mungkin ini udah pernah saya posting kali ya, tapi lupa kapan. Kalau ditanya, apa kelebihanmu?
Kalian bakal jawab jujur, nggak? Biasanya pertanyaan semacam ini disuguhkan pada wawancara kerja+daftar kuliah. Kemarin sih saya nggak ditanyain kelebihan dan kekurangan, soalnya dosen-dosen udah pada kenal hehe. Cuman dengerin aja celetukan dari pendaftar angkatan 2010 (adik=adik tingkat saya berarti) yang kemarin barengan daftar mapro juga. Mereka ditanyain kelebihan dan kekurangan.

by deviantart
Mayoritas orang akan bilang bahwa menyebutkan kelebihan diri sendiri itu jauh lebih sulit daripada nyebutin kekurangan. Padahal sejatinya, dua paket tersebut adalah indikator seberapa jauh kita mengenal pribadi/diri sendiri. Salah satu ciri orang yang "sehat", berarti dia pasti tahu semua seluk-beluk mengenai kediriannya. Dengan mengetahui serta memahami diri dengan sangat baik, maka konsep diri kita pun akan semakin positif.

Dulu, saya juga suka kagok kalau ditanyain soal kelebihan. Eumm apa ya? Pasti mikirnya lamaaa banget. Pas giliran ditanya soal kekurangan, lancar jaya kayak kereta api hehe. Setelah paham akan diri sendiri, saya jadi tahu semua kelebihan dan kekurangan saya. Mungkin, ini juga saya peroleh dari proses belajar.

Mungkin kalian pernah atau sering dengar, cara paling mudah untuk mengetahui pribadi kita yaitu dengan bertanya kepada orang-orang terdekat kita. Ini sih memang cara yang paling konvensional. Tapi, menurut saya, jika cara tersebut dihubungkan dengan Johari Windows, maka kita akan termasuk dalam kuadran seseorang yang tidak tahu tentang dirinya sendiri tapi orang lain tahu tentang dirinya. Dan, ini belum dapat dikatakan sebagai orang yang punya konsep diri positif.

Euum, kalau saya sendiri, merasa kurang puas ketika menanyakan bagaimana kepribadian saya kepada orang lain, pun pada keluarga sendiri. Biasanya, kalau nanya orang lain terus tanggapan mereka buruk semua, pasti kita akan terus menyela untuk membela, kan? Merasa nggak percaya kalau ternyata kelemahan dan kelebihan kita begini dan begitu. Haiiiisss... rempong juga ya.

Cara yang saya pakai untuk mengetahui dan memahami pribadi saya mungkin terbilang cukup complicated. Seumur hidup, saya baru tahu siapa diri saya sejak mengenyam bangku kuliah. Karena tiap hari belajar mengenai manusia, maka lambat laun saya jadi semakin paham. Inilah yang saya bilang sebagai proses pencarian sekaligus proses belajar tadi. Bukan berarti saya nyuruh kalian masuk psikologi dulu looh ya, hehe. 

Semakin lama, saya jadi paham bahwa apa yang menjadi kelebihan saya adalah hal-hal yang sama sekali tak pernah saya sadari. Selama ini, saya adalah tipe orang yang cukup organized. Ini adalah hal yang tampak dominan dalam diri saya. Segala sesuatunya harus saya persiapkan dengan matang, detil dan rapi. Ketika saya sudah melakukan sesuatu dengan tertata, maka fokus/pikiran dan tindakan akan cenderung tertata pula. Istilah lainnya, sistematis kali ya. Ini juga semakin kelihatan ketika saya bimbingan skripsi dulu. Saya mendapatkan dosen pembimbing II yang sangat appropriate dengan saya. Beliau adalah seorang yang sistematis. Saya menyukai cara kerjanya seperti saya sedang melihat diri saya sendiri. Kenapa organized ini saya masukkan ke dalam daftar kelebihan? Karena, apabila kognitif saya sudah berjalan sistematis, maka semua pekerjaan akan tuntas dengan baik, orang-orang atau teman yang bekerja dengan saya pun cukup banyak yang merasa puas dan hasilnya positif. Jadi intinya, sikap, perilaku maupun sifat apapun yang positif dalam diri saya kemudian berdampak pada hasil yang positif pula, maka itulah yang saya sebut sebagai kelebihan. Tentu banyak tipe orang yang terorganisir seperti saya, tapi rata-rata dari mereka cenderung tidak menganggap bahwa itu adalah suatu kelebihan karena mungkin memang bukan suatu hal yang dominan dalam dirinya.

Masih banyak kelebihan saya, seperti multi-tasking/multi-focus. Maksudnya, saya itu orang yang gemar mengerjakan banyak hal dalam satu waktu. Tapi, tentu saja karena terorganisir, jadi saya memadu-madankan sesuai skala prioritasnya. Contoh yang paling sering saya lakukan adalah memasak sambil menyapu. Jadi disela menggoreng, saya bisa menyapu sebentar-sebentar, tentunya setelah mengatur nyala api di kompor gas dong ya, hehe. Trus, saya juga gemar mengerjakan dua tugas (tugas sekolah/kuliah/pekerjaan) lebih dari 2 macam dalam satu hari. Namun, ini terkhusus tugas-tugas skala minimum yang tidak membutuhkan waktu, tenaga, tempat serta pikiran yang banyak. Saya juga pernah menonton sambil mengetik naskah buku. Hehehe... yaa begitulah.

Sedangkan untuk kelemahan, ada beberapa yang paling dominan. Kalau tadi, untuk tugas yang mudah, saya bisa ngerjain sekaligus dalam satu waktu. Maka ketika saya dihadapkan pada sebuah tugas yang cukup hingga sangat rumit, maka saya akan cenderung autis dengan diri sendiri, cenderung nggak bisa kompromi untuk hal-hal lain. Saya akan lebih banyak menyisihkan waktu untuk berpikir mencari "jawaban" sebelum mengambil keputusan. Jika diganggu, saya akan kesal. Akibatnya, sering orang mengira saya ini marah pada mereka padahal sebenarnya tidak. Tapi, kalau marah, durasinya memang tidak sampai satu hari. Jadi, imbasnya, bagi yang tidak memahami saya, mereka mungkin akan menjauhi saya akibat ini. Intinya, berimbas pada hubungan interpersonal. 

Untuk kelemahan di atas, saya sudah punya solusinya. Yaa memang sih akan melibatkan pengertian dari orang lain, mau tidak mau. Solusinya adalah, sebelum mengerjakan suatu hal yang cukup rumit, maka saya akan minta izin pada orang lain agar tidak mengganggu hingga pikiran saya mereda atau hingga tahap di mana saya sudah mengambil keputusan, barulah boleh mengajak saya untuk bicara lagi hehehe.

Kelemahan kedua yang berkaitan dengan kelebihan organized tadi, ada saat-saat tertentu di mana saya akan menjadi seseorang yang perfeksionis. Biasanya, orang lain bangga ya kalau dia perfeksionis. Namun saya pribadi merasa ini adalah kekurangan. Contohnya saja sering saya temukan ketika hidup di kontrakan semasa kuliah dulu. Dulu, kami ini berdua sekamar. Saya ini adalah orang yang setiap hari suka bersih-bersih. Jadi, kalau area private (kamar) sudah sedikit terlihat kotor bahkan jika ada rambut sehelai rontok, pasti akan saya bersihkan sampai licin. Ini bukan OCD karena memang bersih-bersih itu bukan ritual yang saya kerjakan lebih dari 5 kali tiap hari. Pada saat ingin menghadiri acara-acara formal kampus pun, adek kos saya agak resah melihat saya yang memilih pakaian saja menyia-nyiakan waktu kurang lebih 1 jam. IYA, SATU JAM ITU SAYA BELUM BERGANTI PAKAIAN. Di dalam kognitif ini, sudah ter-setting bahwa apa yang saya kenakan harus sesuai dengan tema atau situasi acara. Saya tidak mau jadi bahan tertawaan orang lain dan lebih penting lagi, saya tidak mau jadi bahan perhatian orang. Perfeksionis dari sudut pandang saya adalah bukan dengan berpakaian serba serasi hitam harus dengan putih, harus yang mewah dan mahal atau hal-hal hiperbola lainnya. Nggak begitu. Tapi, sudut pandang saya, harus terlihat rapi, bersih, nyaman dan sesuai dengan situasi yang akan saya hadapi. Bukan hanya pada pakaian, pada tugas-tugas pun seperti itu. Saya paling tidak suka ketika mengerjakan sesuatu dengan bahan yang tidak lengkap, tidak bersih, tidak nyaman dan berantakan. Semua kudu tertata.

Kalau kata orang, kelemahan adalah kelebihan mereka. Saya juga memilikinya pada bidang lain. Kalau pada perilaku/tindakan, saya sistematis, maka secara lisan, saya sangat sulit untuk membuatnya sistematis, kecuali jika harus disertai draft berbicara baru bisa sistematis. Orang boleh bandingkan, lebih baik mana ketika saya berbicara atau ketika menulis. Pasti cenderung, lebih baik ketika menulis. Karena saya adalah pribadi introvert yang cenderung pendiam lewat lisan, makanya orang pasti akan tidak percaya kalau saya ini pendiam. Sebab, melalui tulisan, saya terkesan seperti orang yang cerewer atau talk active. Hehehe.. jadi kalau diajak ngobrol langsung gitu, pasti ada waktu-waktu saya diam lebih lama. Bukan kehabisan bahan obrolan, tapi syaraf saya mungkin lagi stag di tengah jalan kali ya, hehe makanya diam lagi. Beda jika saya diajak ngobrol lewat tulisan, in sya Allah lancar dan baik-baik saja. Tapi, saya sudah punya kunci untuk solusi masalah ini. Agar saya bisa baik dalam komunikasi lisan dengan orang lain, maka saya akan lebih cocok dipadankan/mengobrol dengan orang yang cerewet banget. Iya, kayak sahabat saya si Nawira itu kalau ngomong kayak kereta api. Jadi, kognitif saya akan semakin lancar karena dituntut untuk mengejar dan memahami lebih cepat. Nah, dengan kekurangan ini, saya banyak bersyukur. Inilah kelemahan yang mengantarkan saya pandai menulis dan menjadi penulis. Dari hasil tes minat bakat pun terlihat bahwa skor intelegensi di bidang linguistik saya agak lebih tinggi daripada yang lain. Yaaa biarpun pendiam itu mungkin merupakan sebuah momok, tapi saya bersyukur. Diam lewat lisan, mungkin Allah lagi nolong saya biar nggak ngomong macem-macem. Jadi, dialihkan ke bahasa tulisan biar lebih indah, tertata baik dan menyenangkan untuk dibaca.

Tips yang paling penting ketika kita sudah tahu dan paham mengenai siapa diri kita, maka kuncinya adalah adakan penerimaan positif terhadap semua kelebihan dan kekurangan itu. Itu juga sebagai tanda syukur pada Pencipta. Selain itu, jika punya kekurangan, maka adakan solusinya. Seperti contohnya saya memaparkan kekurangan disertai solusinya (yaa meskipun mungkin subjektif kali ya) tapi tetep kudu ada solusi biar memudahkan kita untuk meminimalisir "kerusakan" atau dampak fatal yang mungkin aja bisa timbul akibat kekurangan tersebut.

Nah, begitulah cara-cara saya mengetahui kelebihan dan kekurangan diri sendiri. Bagaimana denganmu? :)

PASCA TES S2 PROFESI PSIKOLOGI

Alhamdulillah, masih dikasih kekuatan juga untuk nulis blog. Sekadar bercerita aja sih, padahal aslinya kepala ini sudah pusing. 

Pagi hingga sore tadi, saya ikutan tes masuk S2 Profesi di Aula Kampus I UMM. Yang daftar profesi ternyata membludak. DUA RATUUUUS ORAAAANG MEEEN! Dan, kalian tahu berapa yang disaring?? Kursi profesi itu hanya membutuhkan 20 orang. Yang 9 orang sudah terduduki kata dosen (ini sih operan dari yang Februari lalu gelombang akhir daftar tapi belum masuk kelas) jadi otomatis tinggal mencari siapa "pemenang" 11 kursi.


Ya Rabb,, tesnya tuh ya amazing banget. Ada Bahasa Inggris yang setara dengan TOEFL, Tes Potensi Akademik, trus tes grafis (disuruh gambar orang dan pohon gitu laah kayak biasanya), tes mengarang simpel dan khusus pendaftar profesi ada tes tambahan yaitu TSA (saya gak tau kepanjangannya tapi materi TSA ini pure teori psikologi banget) dan terakhir adalah wawancara.

Saya udah pasrah aja untuk tes TPA dan Bahasa Inggris itu. Alhamdulillah untuk yang tes TSA tadi, lebih mudah dan cepat ngisinya karena semua yang pernah dipelajari masih nyantol di otak hingga sekarang (padahal hari sebelumnya gak belajar teori psikologi apapun hehehe).

Untuk tes mengarang, karena saya kebanyakan mikir jadinya kurang 1 paragraf, yaaa amppun ngarang doang kok ya saya bisa blank sih. It's okay, semoga tidak mempengaruhi nilai yaa aamiin.

Dan, kenapa saya pulang jam setengah lima sore, itu karena saya dapat antrian paling akhir untuk wawancara. Syukurlah, dosennya sendiri yang request untuk wawancara sama saya aja karena udah kenal jadi gak perlu bertele-tele. Menyenangkan lah setidaknya karena nostalgia dengan dosen lama (tapi beliau gak ngajar nanti soalnya mau S3 di UGM). Wawancara tadi cuman ngobrol biasa, malah cerita-cerita soal aktivitas. Karena sekarang aktif nulis buku, ibu dosen jadi tercengang, "Saya baru tahu loh kalau kamu suka nulis buku." Trus, ibunya ngasih support semoga bisa lulus masuk ke kursi profesi deh ya.

Pas selesai wawancara mau pamit pulang gitu, dosen laki-laki kami, si Pak Zainul nyeletuk ke saya, "Habis ini tahajjud yang banyak, doa yang banyak biar lulus yaak." Hmm so sweet... hehehe ya kan udah kenal jadi enjoy aja gitu ya mereka.

Well, beberapa hari ini istirahat dulu, berdoa sebanyak mungkin semoga tanggal 16 Juli pas pengumuman ada nama saya nyantol di papan, aamiin.

Sudah ngebet banget pengen S2.

In sya Allah, udah siap lahiiir batiiiin maaah dari tahun-tahun lalu, jadi udah gak perlu dipertanyakan lagi saya punya gambaran apa nggak, siap apa nggak dan gimananya. Kalo udah passion dan panggilan hati itu, semua in sya Allah bisa dipermudah jalannya. Satu sih harapan saya, semoga di sela-sela kuliah, saya bisa tetap produktif nyari bahan untuk nulis (yaa kan buku-buku saya juga mayoritas pasti ada bahasan psikologi di dalamnya jadi sambil kuliah, sambil ngumpulin bahan untuk naskah buku baru).

Kalau ditanya soal nikah lagi nikah lagi (untung sih tadi cuman ditanyain udah nikah apa belum, dan nggak nanya lebih ke dalam-dalam hehe), itu maah saya serahin sama Allah. Kalau toh Allah udah netapin waktu jodoh saya datang, in sya Allah akan dimudahin kok meskipun saya nyambi kuliah.

Semangat..semangaaat... Optimis duluan, semoga bisa lolos. Dua setengah tahun lagi resmi jadi psikolog, aamiin. Ilmunya bisa lebih dimanfaatkan lagi untuk masyarakat dan semoga kelak bisa nulis buku psikologi ilmiah dan tetep nulis psikologi populer juga as usual, aamiin. Semoga rezeki diperlancar (sambil kuliah, saya juga lagi nyiapin dana nih buat buka lapak dagangan karena kalo kuliah magister psikologi kan nggak boleh nyambi kerja jadinya cari alternatif lain gitu hehe). Alhamdulillah juga setidaknya nggak begitu ngerepotin ortu karena bisa bantu bayar uang kuliah, paling nggak bayar registrasi sama matrikulasi nanti saya bayar pake uang sendiri. Alhamdulillah juga Allah ngizinin ketiga naskah baru untuk terbit. Mudah-mudahan royaltinya bisa cukup untuk kuliah sampe tuntas dan untuk berbisnis bantuin ortu. At least, saya juga udah niatkan sih, nyicil nabung duit untuk menikah (untuk pre-marital check-up nya nanti dan mungkin untuk lainnya walaupun sedikit yang penting ada). 

Nikmat mana lagi yang akan saya dustakan ya Rabb? Engkau udah berbaik hati bangeeeet pada hamba-Mu ini, jadi ridhai hamba-Mu ini ya Rabb, biar bisa menjaga dan menjalankan semua amanah ini dengan istiqamah dan semoga diberi kekuatan, kesehatan serta kesabaran. Aamiin aamiin

KAPAN MENULIS BUKU LAGI?

Bismillahirrahmanirrahim...
Terhitung sejak pindah rumah ke Malang Januari lalu, saya seolah vakum nulis naskah buku. Waktu sampai ke Malang, sebenarnya saya masih melanjutkan draft buku ke-4 itu ceritanya jadi masih menulis. Nah, memasuki Maret awal setelah draft ke-4 tuntas, niatnya mau ngelanjutin revisian novel ke-2 yang sempat ditolak dulu. Namun, di tengah jalan, saya mengalami bentrok dengan outline. Karena pengen revisi total disebabkan banyak bagian yang memang harus dirombak total, akhirnya otomatis juga harus benahin outline. Bukannya stuck atau ngalamin writer's block, tapi karena sejak bulan ini di rumah lagi rempong dan banyak ngurusin hal-hal lain yang menurut saya lebih penting, jadi menulis draft beserta revisian novel tersebut saya tunda.


Aslinya, saya orang yang gak suka menunda apalagi kalo udah bilang, "Ini penting banget!" Ya bukan berarti novel itu tidak penting bagi saya :D namun memang ada hal lain yang lebih mendesak untuk segera diperlakukan.

Tapi, setidaknya, saya bukan menunda untuk hal yang gak penting, kan? *pembelaan diri :D.

In sya Allah, Agustus besok, editor Quanta Elexmedia baru akan "mengedit" naskah/draft ke-4 saya itu. Karena si Mbaknya belum tahu materi apa yang akan diberikan sebagai tambahan untuk draft-nya, jadinya saya harus menunggu sampai ada notification di bulan Agustus besok deh baru bisa menulis. Semoga tidak molor, kami berdua berharap demikian sih, aamiin.

Alhamdulillah... 2014 ini banjir ide dan banjir rezeki jadinya beberapa naskah yang tahun lalu sempat tertolak, in sya Allah bisa terbit tahun ini juga semuanya. Syukurlah, Allah semakin memudahkan jalan menuju penerbit manapun, hehehe.

Untuk kelanjutan revisian novel ke-2, in sya Allah semoga bisa dieksekusi setelah selesai pengeditan draft bullying dengan Quanta. Tapi, itu tandanya, bentar lagi September dong ya, waktunya perkuliahan semester ganjil dimulai. Naaahh... semakin sibuk saja. Paling tidak sehari, semoga bisa nyuri waktu, dicicil minimal dua halaman (dikurangi lebih sedikit dari target minimal biasanya). Kalo saya paksa diri memenuhi target minimal biasa dengan kesibukan yang beragam, saya gak berani... nanti bisa-bisa saya drop (yaah ini karena sudah paham betul teori tubuh saya sendiri, gak boleh terlalu over ngerjain sesuatu, kecuali kalo bener-bener free total gak masalah).

Kalo memang nggak sempat, mungkin paling lambat akan saya over ke tahun 2015 nyari waktu yang really free biar sekalian tancap gas revisi hingga tuntas. Saya juga berpikir, 2014 ini naskah saya pada numpuk mau diterbitin semua. Jadi, mungkin untuk naskah baru di-skip sementara untuk tahun berikutnya agar nanti tahun-tahun depannya kebagian jatah gitu. Katanya sih kurang baik juga kalau pada numpuk banyak di tahun ini tapi tahun berikutnya kosong.

Poin penting yang ingin saya share ke temen-temen penulis pemula sih cuman 1: jangan kebanyakan menunda untuk hal yang gak lebih penting daripada naskah bukumu itu! Kalo misalnya kalian baru garap 1 naskah, belum pernah ditawarin ke penerbit, naah jangan sekali-kali deh bermain-main dengan kata TUNDA. Waktu harus dikejar. Kalau kebanyakan nunda, yakin akan berbuah MALAS nantinya. So, naskahmu gak bakal selesai, ngatung di tengah jalan, nggak pernah ditawarin dan nggak pernah terbit. Alhasil mewek sendiri.

Saya jadi inget postingan Mbak Dyah Rinni, bahwa penulis itu ada piramidanya. Satu: orang yang mau jadi penulis tapi nggak pernah menulis. Dua, orang yang menulis tapi nggak pernah selesai. Tiga, orang yang menulis tapi tidak pernah menerbitkan tulisannya. Empat, orang yang mengirimkan naskah namun sering ditolak. Lima, orang yang menulis, menawarkan ke penerbit lalu berhasil menerbitkan karyanya.

Nah, kalo mau jadi penulis, tunggu apa lagi? Nggak usah kebanyakan kata TAPI dan TUNDA. Segera menulis, latihan, istiqamah dan jangan pernah takut untuk menawarkan ke penerbit. Oke?

BEDAH BUKU BERSAMA TIM JSIT DI SURABAYA

Ini ceritanya lagi nungguin travel :D
Alhamdulillah, 7 Juli kemarin, saya berangkat ke Surabaya, naik travel soalnya panitia gak bisa jemput. Acaranya di Asrama Haji. Karena saya dapat sesi pas ngabuburit, akhirnya mutusin untuk nginep semalam di AHS. Berangkatnya sih pagi biar bisa istirahat bentar sebelum bedah bukunya.

Pengennya sih bisa ikutan nimbrung anak-anak yang lagi ikut pesantren Ramadhan di sana tapi feeling saya menyuruh untuk gak berlama-lama. Ternyata, pulang-pulang, bener saja, saya kelelahan hingga akhirnya tamu bulanan datang lebih cepat 3 hari. Hohoho.. mokel sudah, makan, minum terus tidur lagi. Hedeuuuh untung lah tidak 'dapet' di tengah jalan, bisa berbahaya bagi saya. Saya, kalo lagi dapat tamu bulanan di luar kota/di pinggir jalan atau di tempat lain kecuali di rumah, biasanya rada panik. Sindrom yang udah biasa buat saya. 




Oke lanjut. Kemarin itu undangan bedah bukunya dari Pakdhe Alif, again. Beliau dan teman-teman pengajar di Al-Uswah Bangil ini membentuk sebuah tim, namanya JSIT (Jaringan Sekolah Islam Terpadu). Kemarin sejak 6 Juli sampai 8 Juli, mereka ngadain pesantren Ramadhan dengan target anak sekolah SD, SMP, SMA se-Jawa Timur. Iya, bener aja. AHS penuh dengan tamu mulai dari anak SD kelas 1 sampai SMA dari berbagai kota di Jawa Timur. Amazing, kan? Anak kecil yang unyu-unyu gitu aja dilatih mandiri ikutan pesantren tersebut, subhanallah, mulia banget kegiatan mereka ya.

Sebenarnya target peserta bedah buku awalnya 100 orang ya. Tapi, di TKP, angka tersebut tidak segitu. Bukan lebih, tapi kurang, hehehe. Saya sih nyantai aja. Lagipula anak SMP dan SMAnya memang lebih sedikit dan paling banyak itu SD. Jadi, kan nggak mungkin dooong ajak anak SD bedah buku remaja, gak nyambung lak'an. Pesertanya dikiiit.. lebih dikit daripada waktu di Bangil lalu. Yang di AHS cuman satu baris cewek, satu baris cowok, eeehh.. malah para panitia yang ikhwan dan akhwat ternyata ikut nyimak. Hedeuuuh bermaksud ngeramein kali ya.

Karena pesertanya dikit, jujur saya kelihatan agak kaku. Kalau sedikit, berarti pusat perhatian mereka akan lebih terfokus kan? Nah, saya ini orangnya masih rada-rada kurang nyaman kalo jadi bahan perhatian termasuk ngomong di depan umum, kecuali kalo audiens-nya banyak gitu, saya gak canggung karena pasti perhatian mereka ada yang terpecah belah (jadi gak terlalu fokus ngelihat saya gitu) hehehe. Untunglah Pakdhe Alif jadi MC, ngeramein. Jadi, pas bedah buku, kita juga rada njurus pake konseling gitu. Nanyain satu per satu peserta soal tema "pacaran" sesuai dengan buku #CKUS. Alamaak... pesertanya pada malu-malu. Apalagi yang puteri. Cuman satu dua aja yang asyik, yang lain malah ada yang pasang wajah flat/datar. Karena saya orang yang gak terfokus untuk "mencuri perhatian orang", jadi saya biarin aja mereka berekspresi sesuka hati, yang penting apa yang saya sampein bisa nyambung ke mereka itu aja udah cukup. 

Lucu sih pas sesi curhat di bedah buku kemarin. Ada yang curhat pengalamannya waktu pertama suka sama orang. Dan, yang heboh malah panitia ikhwan di belakang. Pas waktu saya jelasin, kalo pacaran itu looh belum apa-apa udah diporotin, ntar kalo mau merit, modal nikahnya habis dong. Terus mereka ketawa. Belum lagi pas saya jelasin tentang tipe-tipe single dalam buku #CKUS. Eh.. ternyata masih ada ustadz yang single long term alias belum nikah hehehe, kesindir sendiri deh ya.

Yang bikin saya senang bukan pas bedah bukunya, melainkan lebih kepada teman-teman baru yang saya jumpai kemarin. Saya kan tidurnya bareng panitia. Lucunya, mbak-mbak ustadzah (panitia) itu ternyata belum pada nikah alias masih jomblo semua, kecuali satu orang. Ya ampuuun, malah mereka ngirain saya ini udah punya suami, hehehe :D. Lumayan laah ya, dapat doa dari mereka biar habis ini langsung dapat suami hihihi (entah dari mana).

Pulang, saya dikasih bingkisan baju seragam dari JSIT. 

Hadiah baju dari JSIT :)

Makasih yaa Mbak-Mbak Ustadzah, semoga silaturahmi kita tetap awet, aamiin ^_^