Ini request-an dari Bunda Ninik Setyarini. Beliau bertanya: "Anak saya usia 7 tahun semula tidak gagap, tetapi tiba-tiba dia gagap dan semakin hari semakin parah. Saya pikir karena sedang ada masalah di sekolahnya, ternyata benar Mbak dia memang sedang mengalami krisis pd di sekolahnya. Akhirnya saya motivasi terus setiap hari untuk membuat kepercayaan dirinya tumbuh. Sedikit demi sedikit berhasil Mbak. Tapi kalau saya amati kadang-kadang masih suka gagap gitu Mbak. Benarkah gagap itu tidak bisa disembuhkan, hanya bisa dikurangi saja? Saya kadang khawatir perkembangan dia ke depannya."
Saya udah pernah posting sedikit tentang gagap. Jadi, saya copast aja ya dari postingan lawas di blog ini.
Apa penyebab terjadinya gagap?
Kalau diperhatikan dengan saksama, gagap terjadi karena adanya hambatan bunyi suara yang keluar dari rongga mulut. Di mana pita suara tidak dapat bergetar secara sempurna karena adanya pemblokiran udara dari rongga dada dan perut kita saat bicara. Begitu juga udara yang tersendat-sendar secara tidak beraturan keluar dari rongga dada dan perut akan menghasilkan suara yang tersendat. Adapun faktor penyebab timbulnya gagap menurut penelaahan para ahli adalah sebagai berikut:
- Faktor keturunan: Sebagian ahli mengemukakan bahwa gagap merupakan penyakit keturunan. Di mana penderita gagap sudah membawa sifat turunan pada sistem sarafnya yang membuat penderita rentan terhadap perkembangan kesulitan berbicara. Penyakit gagap pada anak dapat muncul ketika anak mengalami suatu gejolak ketegangan emosional di lingkungan yang membuat dirinya merasa tidak nyaman, tercekam oleh rasa khawatir atau cemas saat berbicara.
- Faktor neurologis: Menutu sebagian besar ahli neurologis berpendapat bahwa adanya gangguan saraf menyebabkan gangguan sistem koordinasi dari fungsi motorik untuk bicara. Gangguan saraf ini dapat muncul akibat adanya luka pada otak sebagai akibat kesulitan dalam proses kelahiran anak tersebut. Hal lain, anak menjadi gagap karena telah menderita infeksi yang mengganggu sistem saraf secara serius, sehingga pada saat itu telah terjadi proses penurunan kemampuan fungsi saraf secara menyeluruh. Anak pun menjadi membawa sifat gagap. Apabila anak dalam kondisi yang melemah, maka akan terpicu perkembangan gagapnya.
- Faktor psikologis: Gagap dapat terjadi karena adanya konflik kejiwaan atau konflik emosional yang melanda seseorang sehingga merasa tertekan. Anak mengalami kegagalan dalam menetralisir gejolak emosional yang menekan perasaannya, sehingga mengganggu proses pengucapan kata-kata saat bicara. Faktor penekan yang menimbulkan konflik emosional anak dapat terjadi akibat suatu paksaan, desakan atau pengaruh lingkungan yang membuat dirinya tidak merasa nyaman, tegang atau panik. Dengan kata lain, ketika anak gagap diakibatkan oleh kejadian tertentu yang sangat menekan. Hal ini bisa saja dipicu akibat pengekangan orangtua terhadap anak, tidak memperbolehkan anak untuk berargumen, sikap otoriter yang terlalu berlebihan, konflik yang dialami dari lingkungan pergaulannya, kecemasan saat disuruh membaca di depan kelas secara mendadak dan sebagainya. Nah, kesulitan di penderita gagap akan semakin berat bila dia mulai merasakan keganjalan dalam hatinya seperti perasaan malu, rendah diri atau si penderita terlalu membanding-bandingkan kondisinya dengan orang lain yang dihadapinya ketika bicara. Paksaan, ancaman, desakan dan bentakan dapat merangsang atau memicu ketegangan emosional pada anak. sehingga mengganggu kordinasi sistem saraf bicara pada anak.
Tipe-tipe Gagap
Ada 3 tipe gangguan gagap pada umumnya, yaitu:
- Gagap perkembangan: biasanya terjadi pada anak usia 2-4 tahun atau remaja. Apabila terjadi pada fase usia ini, maka gangguan gagap adalah wajar karena merupakan proses perkembangan bicara pada anak. Gagap pada anak usia tersebut biasanya terjadi karena kontrol dirinya masih rendah. Anak usia ini juga biasanya belum begitu antusias mengemukakan atau mengeskpresikan ide-idenya sebab kematangan alat bicaranya belum optimal. Sementara pada remaja, gagap ini terjadi karena kurangnya rasa percaya diri dan adanya faktor kecemasan akibat perubahan fisik, sosial dan mental yang mereka alami.
- Gagap ringan/sementara: biasanya terjadi pada rentang usia 6-8 tahun. Secara alamiah, ini biasanya hanya bersifat sementara. Penyebab paling dominan adalah faktor psikologis. Anak pada usia ini mulai mengalami fase adaptasi, masuk ke lingkungan yang baru, baik itu sekolah maupun pergaulan. Sehingga, anak perlu beberapa waktu agar dapat menyesuaikan diri dengan fungsi sosial serta mentalnya. Ketika anak udah mampu beradaptasi, gagapnya akan berangsur-angsur hilang.
- Gagap permanen: gagap jenis ini biasanya terjadi pada anak usia 3-8 tahun. Sifatnya yang menetap karena adanya gangguan fisiologis, yaitu alat bicaranya mengalami kerusakan atau gangguan yang serius. Sehingga, tipe gagap ini sangat membutuhkan terapi wicara dan alat bantu dengar (bila diperlukan).
Upaya Mengatasi Gagap
Kalau melihat cerita dari Bunda Setyarini, anaknya usia 7 tahun. Awalnya tidak gagap, tapi setelah itu gagap dan semakin parah karena mengalami krisis di sekolah. Kalau melihat dari riwayat tersebut, apa yang dialami anak Bunda termasuk dalam kategori gagap sementara. Sudah jelas bahwa si anak gagap karena mengalami krisis adaptasi di lingkungan sekolah. Jadi, untuk menyembuhkannya, apa yang Bunda lakukan sudah benar. Memotivasi anak, salah satunya.
Oh ya, apakah Bunda pernah memeriksakannya ke dokter ? Kalau memang tidak ada gangguan pada sistem/alat bicara di otak, maka sudah bisa dipastikan, ini hanya disebabkan oleh faktor psikologis dan masih bisa sembuh.
Untuk tambahannya, Bunda bisa mencoba melatih anak di rumah dengan melakukan hal-hal berikut:
- Ketika anak pulang sekolah, setelah ia makan dan istirahat, coba pelan-pelan sisihkan waktu dan ajak anak untuk bicara berdua.
- Saat bicara dengan anak, usahakan mata kalian saling pandang. Minta anak untuk memandang Bunda lekat-lekat. Posisi duduk juga sebaiknya berhadapan/sejajar.
- Tanyakan bagaimana situasi di sekolah, apa yang tadi dia lalui, hal apa yang membuatnya senang dan sedih selama berada di sekolah.
- Ketika anak mulai menjawab pertanyaan tersebut (berbicara), Bunda simak setiap kalimatnya dengan seksama. Tunggu anak sampai ia menyelesaikan pembicaraannya.
- Saat anak mulai berbicara, Bunda sebaiknya menghindari interupsi. Dengarkan saja sampai selesai.
- Ketika berbicara, anak mulai gagap lagi, Bunda bisa mencoba dengan mengulangi kata atau kalimat yang sebelumnya ia ucapkan. Pengulangan ini dapat membantu membetulkan kalimat anak yang mungkin terpotong atau keliru.
- Jangan paksa anak untuk mengulangi kalimat yang terpotong itu. Tunggulah sampai ia mengeluarkan kalimat lagi untuk melengkapinya.
- Bunda sebaiknya jangan pasang tampang kecewa di hadapan anak saat ia gagap. Tatapan ini bisa membuat hati anak merasa tersakiti dan akan semakin mengurangi kepercayaan dirinya.
- Di awal-awal bicara, Bunda sebaiknya tidak menggunakan kata-kata yang rumit. Gunakan kata yang jelas, sederhana sebagaimana yang mampu diserap/dimengerti oleh anak usia tersebut.
- Ortu/ Bunda juga bisa mengajarkan anak untuk berbicara jelas melaui teknik mendongeng.
- Ortu juga harus memperhatikan lingkungan pergaulan anak di rumah. Usahakan untuk menghindari teman yang tidak baik. Jauhi anak dari ejekan/cemoohan teman-temannya.
- Pelan-pelan ajarkan anak untuk mengatasi permasalahannya dengan cara yang baik tanpa harus dengan kekerasan fisik. Misalnya, kalau di sekolah ia sering diejek teman, maka ajarkan anak untuk tidak langsung melawan dengan memukul atau membalas dengan kata-kata kasar pula. Yaah bagaimana baiknya lah untuk si anak.
- Jika gagap tersebut berlangsung makin parah, maka segera konsultasikan pada psikologi/psikiater terdekat untuk memperoleh penanganan/terapi yang tepat. Biasanya akan diberikan treatment terapi wicara sih. Tapi, semua tergantung kebutuhan dan tingkat keparahan gagapnya.
Sekian, semoga bermanfaat ^^