Pages

LITTLE THINGS YOU FORGET

"The little things you forget, kill me."
 -Pleasefindthis: I Wrote This For You-



Ada yang tertinggal di sudut ruang
Ia bernama kehilangan
Belum habis kukupas kulitnya
Hingga durinya tak kulihat ikut meregang


Ada yang tertinggal di separuh jalan
Ia bernama kerinduan
Belum sampai pada batas meyakinkan
Hingga nyaris pupus harapan

Ada yang tertinggal di dalam hati
Ia bernama yang berakhiran huruf serupa menulis melati
Belum sampai kututup semua jendelanya
Hingga ia menutup dan membuka lagi

Menetaplah atau berhenti
Bertahan atau lari

Dua yang tak sempat kusebut satu
Harap kusebut satu
Tapi, belum cukup menyatu

Tuhan
Izinkan aku duduk terdiam
Izinkan aku berdamai dalam-dalam
Karena perih tak mampu kukubur dalam kelam

Tuhan
Hanya padaMu, Kau tahu apa yang aku tahu
Aku tahu bahwa yang tak kutahu pasti akan lebih membiru
Seperti langit yang akan menggantung menggantikan kelabu

Aku hanya rindu
Tapi ia yang di sana perlahan seraya lupa padaku
Lupa pada hal-hal kecil tentangku


Sincerely,
A girl with a hidden hopes that only Allah knows it.

UJIAN TESIS AKAN TIBA PADA MASANYA

"Raihlah mimpimu. Jangan ragu dengan kemampuanmu. Jika dengan terjatuh membuatmu ragu, maka ingatlah bahwa kamu bisa terjatuh di setiap waktu meski telah meraih mimpi itu" 
-Instagram: Kalimat_PH-
Alhamdulillah, barakallah atas semhas dan juga sidang tesis teman-teman mapro UMM angkatan 2014 yang berlangsung sejak kemarin hingga hari minggu besok. Selamat buat teman-teman yang telah genap memperoleh gelar M.Psi, Psikolog. Semoga kalian pun akan mendoakan hal yang sama terhadap saya di sini.

Maaf jika saya tidak datang saat kalian ujian. Tidak menjadi supporter bagi teman-teman terdekat. Jujur, saya malu, ada pula rasa iri melihat kalian yang sudah menyelesaikan perjalanan. Ternyata memang benar apa kata mantan Kaprodi kemarin bahwa perjalanan tesis tiap mahasiswa itu beda-beda. Baru kemarin saya bertemu beliau dan saya ditanya lagi, "Kamu sudah sampai mana?" Saya tahu ekspresi beliau agak gimana gitu ya saat saya mengatakan bahwa masih proses bimbingan hasil yang belum nembus acc pembimbing dua.

Kemarin pun usai semhas salah satu teman dekat, salah seorang dari kami memeluk saya ketika dia bertanya, "Gimana, Em?" Dan, saya hanya menggelengkan kepala. Memang sore itu saya berdua dengan satu teman yang memang punya dua pembimbing yang sama. Namun, pembimbing II saya tampak mempersulit saya dan teman saya tersebut padahal pembimbing I sudah membukakan jalan untuk sisa acc saja. Entah harus berkata apa lagi. Semua kemampuan sudah dikerahkan semaksimal mungkin hingga saya drop lagi. Belum lagi pembimbing I yang akhirnya bilang bahwa kami berdua bisa ikut semhas dan sidang ujian tesis februari namun tidak bisa ikut wisuda periode februari, melainkan nanti ikut wisuda Mei.

Saya sempat ingin mundur dan menepi sejenak. Entah kapan kepastian kami bisa diberikan acc. Memang sih harapan itu masih menyala tetapi saya pun tak ingin jika harapan itu membunuh saya perlahan. Itulah akhirnya saya menggantungkan seluruh asa hanya pada Sang Pemilik kehidupan ini. Ini semua sudah diatur oleh-Nya dan sudah sesuai dengan skenario terbaik-Nya. Jadi, saya hanya perlu menjalankan dan menghadapinya saja.

Tapi, semakin lama saya pun mengambil hikmah dari semua yang terjadi. Mungkin memang inilah yang terbaik. Berkaca dari pengalaman semasa skripsi S1 dulu, saya ke mana-mana sendiri. Di antara 20 orang kelompok bimbingan tesis, hanya saya sendiri yang berjalan sementara teman lain masih sibuk dengan urusan masing-masing bahkan beberapa yang sempat maju bersama saya akhirnya mundur karena beberapa alasan. Saya terpisah dari teman kelas F karena memang awalnya saya ini masuk dalam daftar kelas A namun karena dulu sebelum mulai perkuliahan diadakan kembali tes masuk kelas bilingual yaitu kelas F, akhirnya saya masuk kelas F dan bergabung dengan teman-teman yang sedikit namun solid. Sayangnya, kami semua memang tidak ada yang benar-benar satu kelas hingga pada saat skripsi harus berpencar. Sendirian, tak ada teman. Namun untungnya pas wisuda, saya bisa ada mengurusnya bersama dengan seorang teman. Minimal kebersamaan itu bisa menghilangkan kejenuhan karena selalu sendiri menghadapi semuanya.

Bedanya saat masa tesis begini, saya sering memulai dengan teman-teman yang satu kelompok pembimbing. Ke mana-mana bareng. Namun, saya juga tak enak hati dengan teman saya tersebut sebab dia punya geng sendiri dan semua teman gengnya sudah pada lulus sidang hari ini. Makanya saya selalu bilang padanya untuk tidak mengikuti jejak saya jika memang saya sedang prokrastinasi.

Saya juga kerap menunda revisi karena pemikiran yang masih tersangkut dalam kotak "idealis". Jujur, saya juga tidak ingin hasil yang akan saya peroleh akan sia-sia bila hanya menampilkan seadanya. Saya butuh waktu lebih untuk memikirkan segala sesuatunya sampai harus berani mengambil risiko tetap pada variabel penelitian yang memang di kampus saya sendiri mungkin masih sangat minim digunakan. Buktinya, dosen-dosen saya tidak banyak tahu mengenai variabel tersebut. Ya semoga saja, saya berharap saat semhas maupun ujian tesis nanti, minimal saya bisa memberikan sebuah pengetahuan baru yang belum banyak diketahui oleh mereka.

Jarak antara turun lapangan dengan try out pun memang jauh. Saya butuh waktu sekitar satu bulan untuk mengurus kelengkapan surat izin. Memang sudah dimudahkan namun karena mengikuti prosedur akhirnya mau tak mau harus menunggu, bolak-balik ngecek, hasilnya nihil, belum selesai diterbitkan suratnya, apalah, apalah, sampai akhirnya saya baru bisa mengambil data penelitian di malam tahun baru 2017 sampai tanggal 1 Januari. Bersyukur saya punya sahabat yang baik yang mau menemani dan membantu saya terjun ke lapangan. Saya sangat berterima kasih atas kebaikan hatinya. Saya pun mendoakan agar dia juga segera lekas seminar proposal tesis dan bisa lulus tahun ini sebab dia sudah menunda lama karena ketakutannya (tapi kami beda universitas dan beda jurusan, namun dulu dia adalah sahabat saya semasa SMA di Parepare).

Down? Iya. Gak bersemangat? Juga sempat begitu. Tapi, saya yakin semua ini adalah yang terbaik. Saya juga bersyukur karena punya orangtua yang sangat-sangat memahami dan tiada henti mendoakan. Semoga esok akan ada kepastian terutama dari pembimbing II. Saya tak tahu harus berkata apa, namun, selama tesis ini berjalan saya merasa tidak terbantu dengan adanya pembimbing II, beda dengan pembimbing I yang memang sudah saya kenal baik dan dulunya juga menjadi pembimbing I saya semasa skripsi. Sedih? Iya, tapi mungkin ini adalah ujian agar saya bisa naik level lagi. 

Yap, semoga tidak akan menyerah dan bisa sampai pada tahap akhir yaitu sidang ujian tesis. Yah, entahlah, saya juga tak masalah jika memang di hari itu tidak akan ada yang datang walau hanya sekadar melihat saya selesai sidang atau menunggu saya, karena saya pun hari ini tidak bisa menampakkan wajah di hadapan mereka.

Gak papa, inilah lika-liku ngambil mapro. Saya telat saja ternyata masih ada kakak tingkat yang lebih telat lagi karena berbagai macam penyebab. Semoga saja mereka bisa selesai segera. Barangkali Mei nanti mereka juga bisa wisuda bareng kita yang masih tertinggal ini. Insha Allah, aamiin ya rabbal alamin...


BUKAN BERARTI SOMBONG

"He who does not understand your silence will probably not understand your words."  
-Elbert Hubbard-

Sebagai seorang pendiam dan introvert terkadang kerap dicap sebagai orang yang cuek, jutek dan sombong. Hal minusnya sih seperti itu, tapi mau bagaimana lagi, itu sudah jadi bagian dari diri saya.



Maaf bila ada saat dimana saya benar-benar terdiam, sunyi, tidak menjawab rentetan pertanyaan atau bahkan menjauh sejenak dari hal-hal yang biasa dilakukan. Saya senang membantu mendengarkan keluh kesah orang lain a.k.a. dengerin orang curhat dan meminta pendapat. Ada kalanya juga saya diam dan tidak menjawab. Ya, ada saat dimana saya benar-benar terdiam sampai tidak membalas pertanyaan yang ditujukan pada saya ataupun akhirnya tidak memberikan solusi sesuai yang diminta oleh orang lain. Jika saya melakukan itu bukan berarti saya sombong.

Saat saya mulai lebih banyak diam, sudah pasti banyak hal yang sedang saya pikirkan. Tidak semua harus saya jawab saat itu juga apalagi jika dirunut sesuai skala prioritas sekalipun membantu menuntaskan masalah orang lain pun tak kalah penting, namun saya juga tak bisa memaksa diri untuk lekas mengeluarkan suara.

Saya terkadang berpikir apakah orang lain akan mengatakan bahwa saya kurang dewasa dengan sikap seperti itu. Tapi, saya memang seperti itu. Saya kerap autis dengan dunia saya sendiri. Kadang saat jenuh melanda atau sedang banyak masalah, saya lebih memilih untuk diam lebih lama.

Jujur, saya orangnya sedikit panikan jika dirundung masalah. Kalau benar-benar butuh someone, saya bakal curhat sama teman atau sahabat terdekat. Kalau lagi butuh sendiri, mentok-mentok nangis ngurung diri di kamar sambil mikir baiknya gimana, harus ngapain aja de el el...

Saat ditampar oleh sebuah masalah yang cukup rumit, saya akan berdiam diri sejenak dan menjauh tapi bukan menjauh dalam artian flight alias lari dari masalah loh ya.

Minusnya jadi orang introvert bin rada polos itu juga kerap dikambinghitamkan... Ini adalah penilaian saya saja. Bukan maksud untuk berburuk sangka tapi memang beginilah adanya. Saya paling benci bagian dimana orang-orang mengalihkan seluruh kesalahan pada saya padahal saya tidak melakukan apa yang dituduhkan. Sudah sering mengalami seperti itu. Siapapun yang pernah menyalahkan saya seperti itu, saya pasti akan lebih jaga jarak lagi dengan orang-orang itu agar tidak jatuh ke lubang yang sama.

Kalau sudah punya suami nanti, nah saya kurang tahu lagi akan jadi seperti apa. Tapi rasa-rasanya tidak mungkin juga saya bisa setega itu sampai cuekin belahan jiwa dan hidup saya hahai.. Prinsipnya cuman satu sih, semakin cuek saya berarti saat tiba timing untuk memberikan perhatian maka saya akan benar-benar mencurahkan seluruh perhatian hanya pada satu pusat tersebut. Kalau digambar pakai kurva, agak-agaknya sih cenderung ekstrem kiri dan kanan semua ya. Pas cuek, bisa cuek banget. Pas perhatian bisa perhatian banget. Kalau ada saat dimana perhatian saya tidak dihargai, yaa mungkin saya juga akan menjadi lebih diam dari sebelumnya. Bukan mekanisme pertahanan diri juga sih cuman, kalian pasti ngerti kan gimana rasanya ketika perhatian kita tidak dihargai tapi saat cuek kita malah dikejar-kejar. Ya begitulah.