Pages

SECOND DAY PKPP (PRAKTEK KERJA PROFESI PSIKOLOGI)

Foto di ruang asesmen a.k.a ruang yang dipinjamkan untuk kita tempati bila ada keperluan konseling
Bila ada yang protes dengan warna jasnya, loh kok putih? Kok kayak kedokteran? Nah ini kami hanya menjalankan perintah dari kampus yang turun-temurun memang warna putih jasnya. Di SLB pun kami sempat ditanyain baik oleh murid maupun guru, "Ini kedokteran atau psikologi?"
Hiaaaa
Yaah, apa boleh buat. Kami hanya menjalankan tugas dan yang pentingnya niatnya untuk membantu orang aja sudah. Perkara warna jas, itu mah urusan akhir, kagak usah dipusingin yak.

Sedih sih, psikologi belum mendapat tempat penuh di kalangan masyarakat dan belum ada UU resminya. Tapi, saya pribadi bangga menjadi bagian dari perkembangan psikologi sekaligus sebagai calon psikolog.
Doakan kami yaa... semoga lancar masa PKPP-nya di tiga tempat selama satu semester ini. Doakan juga kami yang sembari ngejar tesis. Semoga kami bisa lulus bareng-bareng dan sukses bareng-bareng. Aaamiiin....

FIRST DAY PKPP

Terhitung 21 September 2015, kami udah mulai terjun ke lapangan a.k.a internship alias Praktek Kerja Profesi Psikologi. Putaran pertama ini saya prakteknya di Malang dulu, tepatnya di SLB Lawang. Dulu zaman S1 Saya udah pernah magang di SLB ini. Nah, sekarang praktek di sini lagi. Enjoy aja sih soalnya lokasinya juga nyaman banget dan pihak SLB pun welcome.

Saya magang di SLB ini bersama dengan dua orang teman. Sebelumnya saya jelasin dulu. Kami itu dipecah menjadi dua kelompok besar. Dua belas orang praktek di RSJ Menur dan tujuh orang di Malang. Ketujuh orang termasuk saya ini dipecah lagi menjadi tiga kelompok dan ditempatkan di tiga tempat berbeda. Saya dan dua teman saya ditempatkan di SLB Lawang. Dua teman selanjutnya di YPAC dan dua lainnya lagi di SLB Dr. Idayu Pakis.



Hari pertama ini, kami janjian sama Supervisor lapangan dari kampus yaitu Bu Ani (btw, ibunya sosialita binggooo dan cuanteeek lagi) serta Bu Nur. Janjiannya sih jam 8.

Saya berangkat dari rumah. Kalo masalah jarak dan waktu sama aja kayak saya berangkat kuliah dari rumah ke kampus, memakan waktu sekitar 30-40 menitan. Jadi, satu jam lebih maju saya udah berangkat dari rumah. Untungnya dari rumah bisa potong kompas lewat Sulfat menuju arah Arjosari untuk nembus ke Lawang. Pagi tadi berangkat jam tujuh. Nyampe pertigaan Arojsari-Lawang maceeeet pemirsaaaah. Jalan udah kayak kura-kura. Ternyata kemacetan disebabkan ada satu tronton mogok di tengah jalan beberapa meter dari Fly Over.

Waaah... rasanya kayak nano-nano. Saya dulu sih udah pernah bolak-balik Lawang juga karena subjek skripsi dulu banyak tinggal di Lawang sama Singosari. Tapi itu masih takut bawa motor. Sekarang mau nggak mau harus PP rumah-Lawang, beradu dengan debu, asap knalpot, terik mentari, bus, truk gandeng, mobil, motor, becak dan segala jenis kendaraan. Syukurnya lokasi SLB berada di kiri jalan jadi nggak perlu nyetir ambil lajur kanan yang notabene harus dengan kecepatan tinggi. Saya akui emang rada cemas kalo udah berhadapan sama jalan besar apalagi yang menuntut kecepatan tinggi ditambah ketemu sama bus dan truk. Kenapa? Dulu pernah kecelakaan, terseret jauh dan nyaris ketabrak truk dari belakang. Itulah masa-masa trauma S1 saya.

Well, lanjut... nyampe sekolah, Ry dan Mba Yu udah nyampe duluan. Beberapa menit kemudian kita nungguin para supervisor baru kemudian masuk ke lobby bertemu sama Bu Sofi (Supervisor di SLB) dan Kepsek. Ternyata Kepseknya udah ganti. Kalo dulu seringnya laki-laki, sekarang ini dapat perempuan. Jadi, masuk ruangan beliau tuh wangiii, ada anggrek macan ungunya pula di atas meja. Kalo zaman saya magang S1, Kepseknya laki-laki dan masuk ruangan tuh berasa bau asap rokok.

Setelah ngobrol bareng Kepsek, Bu Sofi dan para supervisor, kami pun keluar dari ruangan Kepsek. Setelah itu, lanjut keliling ke kelas-kelas sekaligus berkenalan dengan para guru.

Next, kami kumpul lagi di lobby depan bersama dua supervisor. Di situ kami ngobrol-ngobrol mengenai strategi dan apa aja yang perlu kami lakukan selama masa pkpp ini. Kami juga dikasih arahan serta nasehat oleh para supervisor. Tidak berapa lama kemudian, di sela-sela perbincangan muncul salah seorang murid SMPLB. Postur tubuhnya tingi, kulitnya sawo matang dan berjerawat. Dia nyamperin saya sambil menjabat tangan saya dan berkata, "Mbak..."

Saya awalnya canggung sekaligus shock. Kok cuman saya aja yang disamperin. Sampai Bu Ani, salah satu supervisor kami yang sosialita tuh nyeletuk, "Loh, kok cuman satu yang disamperin?" Bu Ani nyeletuk gitu berharap anak tadi tuh denger. Nggak denger ternyata anaknya dan langsung nyelonong pergi.

Murid itu pergi, kami pun lanjut berbincang lagi. Belum ada lima menit kemudian, murid tadi datang lagi. Kok saya lagi yang disamperin. Dia nanya, "Mbak dari mana?" Saya spontan jawab aja, "Saya dari UMM." Anak itu pun pergi lagi keluar dari lobby.

Selang beberapa menit kemudian, datang lagi untuk ketiga kalinya. Lucunya murid tadi menyodorkan kepada saya selembar kertas buram warna putih yang dilipat dua namun dengan satu sisi terlihat sudah robek. Dia bilang, "Minta pin bbm. Nanti tak bbm."

Mendengar murid tadi minta pin, saya sempat linglung kagak tahu mau ngomong apa. Saya pikir minta saya untuk menuliskan nama. Eh nggak tahunya minta pin bbm. Si Ry nyeletuk bantuin jawab, "Bilang aja paketan data lagi nggak ada, Mbak Em." Akhirnya, saya jawab, "Nanti aja ya, Dek." Dia pun pergi dengan tangan kosong dan mungkin sedikit kecewa.

Haha.. pengalaman pertama, belum apa-apa udah ada yang naksir. Astaga. Tapi, kami bertiga senang sih bisa dapat tempat di SLB. Kami pun diberi satu ruang khusus yang bisa kami gunakan untuk keperluan konseling. Ruang kesiswaan di pojok kanan seberang sekolah itu kosong dan biasanya cuma dipakai untuk kebutuhan asesmen aja. Jadilah kami kalo capek bisa istirahat di situ. Ada AC-nya pula.

Kami juga sudah berkenalan dengan psikolog yang ada di SLB tersebut. Namanya Bu Lely. Ibunya ramah dan bisa lah jadi informan kami selama praktek ini.

WANNA GO TO AUSTRIA

Jangan salah terka dulu. Impian ke Austria ini sudah lama terbendung dalam hati. 2013 lalu saat browsing di internet, saya sedang mencari setting untuk novel baru. Bingung, mau milih Prancis, sudah banyak. Apalagi Korea. Lalu, tergiringlah saya ke sebuah situs all about Austria. Menurut sejarah, Austria itu adalah tempatnya musik klasik. Banyak bangunan tua bersejarah di sana. Kotanya adem, nyaman dan di sana ada universitas yang cukup populer yaitu Sigmund Freud Universitat. 


Saya memang masih tetap ingin fokus menulis dengan bumbu psikologi meski dalam bentuk novel. Jadi, kota Ausria sangat pas untuk saya jadikan latar dalam novel baru nanti. Di sana pun ada universitas Bapak Psikologi, Freud (Ya walaupun saya tidak berkiblat padanya sih).

Dari situlah saya mulai menulis beberapa hal mengenai Austria. Sekarang, impian itu menyala lagi. Sedikit-sedikit, saya coba untuk belajar bahasa Jerman. Bersyukur bisa menemukan workbook bahasa Jerman gratis. 

Yaah, entah ini akan terwujud atau tidak, saya akan tetap mencoba nulis novel berlatar Austria nantinya. Beberapa spot udah masuk ke list saya. Salah satunya kota Salzburg dan Vienna. Dua kota itu yang nantinya akan coba saya munculkan dalam novel, tapi tetap diawali dengan latar Indonesia sebagai pembukaan karena tokoh-tokohnya berasal dari Indonesia.

Barangkali ketika novel itu sudah selesai, akan ada PH yang melirik. Aamiin (yang kenceng). Sapa tahu aja ada produser yang berminat untuk mengangkatnya dalam film layar lebar. Sapa tahu juga saya bisa dapat sponsor jadi bisa gratis ke sananya.

Ya itulah impian saya. Selain pengen ke Mekkah, saya juga pengen ke Austria. Semoga terwujud, aamiin. Kun fayakun.

KE RSJ MENUR-NYA DITUNDA

Dua hari lalu, Pak Zai (salah satu dosen kami) memberikan kabar bahwa saat ini RSJ Menur Surabaya belum bisa menerima mahasiswa praktek sekaligus dalam jumlah banyak. Karena kami sekelas berjumlah 19 orang, maka dipecah menjadi dua kelompok. 

Senin lalu, kami survey kos ke Surabaya. Kami berpencar dalam dua mobil. Mobil pertama itu diisi oleh aku,  Mba Qi, Ry, Zu, Mba Ni dan Mameto. Kami awalnya susah mendapatkan kos-kosan. Untuk sementara kami tertarik dengan apartment Gunawangsa karena itu satu-satunya tempat yang nggak terlalu jauh dari Menur. Sementara itu, mobil kedua diisi oleh delapan teman kami lainnya. Mereka ternyata sudah memberikan DP kos-kosan di daerah Unair sekitar Gubeng. Sedikit jauh memang. Karena mereka sudah terlanjut DP, akhirnya yang ke RSJ Menur lebih dulu adalah mereka ditambah dengan tiga teman double degree. Sementara Mameto dan satu teman laki-laki lainnya mungkin akan tetap stay di Malang bersama dengan kami.


Pak Zai menginformasikan bahwa yang praktek di Malang akan dipencar ke beberapa SLB dan YPAC. Jadi, selesai di tempat itu, dua bulan kemudian gantian kami yang di RSJ. Alhamdulillah juga sih karena berhubung kami belum mendapatkan kos-kosan. Mungkin Allah mendengarkan doa-doa khusus kami bertujuh kemarin. Walaupun demikian, alhamdulillah saya pribadi udah dapat CP Pak Danang (Psikolog yang kerja di RSJ Menur). Pak Danang itu alumni UMM yang praktek di RSJ Menur. Saya mendapatkan nomornya dari Mbak Galuh (kakak tingkat saya sejak S1 sekaligus kakak tingkat di rohis). Mbak Galuh Andina ini adalah teman kelas Pak Danang. Saat saya pusing nanya-nanya kos, Mbak Galuh pun nanya juga ke Pak Danang. Syukurnya, saya dikasih CP yang punya kos-kosan dekat Menur. Selain itu, ada juga Mbak Lia yang bersuamikan dokter. Suaminya punya rekan dokter yang dulu berpraktek di Menur. Saya juga diberikan CP kos-kosan oleh Mbak Lia. Setidaknya, nanti pas kami praktek di Menur, kami udah punya banyak list pilihan mau kos di mana.

InsyaAllah mulai tanggal 21 September besok kami semua serentak PKPP. Sebagian di Malang dan sebagian lagi di Menur. Minggu ini kami sedang menunggu jadwal ujian proposal tesis. Semua serba cepat, entah maksimal apa nggaknya, sistem kampus mengharuskan seperti ini.

Mumpung masih di Malang, semoga saya bisa sekalian survey komunitas Karang Wredha untuk tempat saya mengerjakan tesis nanti. Sekalian revisi proposal jika memang ada yang perlu direvisi. Saya sih berharap, semoga pas ujian nanti, saya masih bisa mempertahankan variabel-variabel penelitian saya. Tema yang saya angkat memang masih terbilang jarang. Saya tertarik untuk meneliti lansia tapi melalui perspektif orientasi mereka terhadap kesehatan dan kebahagiaan. Di Indonesia, penelitian mengenai lansia itu kan nggak jauh dari loneliness, gangguan kognitif, religiusitas, kebermaknaan hidup dan sejenisnya. Nah, dalam tesis, saya mau meneliti dari perspektif yang agak berbeda, kebetulan juga di lapangan banyak lansia yang sesuai dengan kriteria subjek penelitian saya.

Bismillah...
Mohon doanya ya, semoga semuanya lancar
Dalam waktu enam bulan atau lebih ini kami memang dalam masa internship. Semoga dalam waktu tersebut, kami bisa menyelesaikan laporan tujuh kasus dan bisa ikut ujian sesuai dengan jadwal yang telah ditentukan sehingga kami nggak perlu ngeluarin uang untuk biaya ujian sendiri kalau telat.
Aamiin.

GOES TO SURABAYA TO INTERNSHIP

Insya Allah 21 September 2015 nanti, kelas magister psikologi profesi angkatan 2014 akan berbondong-bondong menuju kota pahlawan, Surabaya, tepatnya ke RSJ Menur. Tujuannya nggak lain adalah keperluan PKPP (Praktek Kerja Profesi Psikologi). Nama lainnya, kalau di dunia medis itu, internship.

Kenapa nggak di RSJ Lawang? Soalnya di sana lagi persiapan akreditasi sehingga belum bisa menerima praktek dari manapun. Akhirnya, para dosen pun survey ke Menur. Yeah... we got it. Buatku sih, sedih juga karena jauh. Jauh karena tiap minggu kita pun harus bolak-balik ke Malang untuk bimbingan kasus. Semua di luar dugaan. Aku pribadi memang belum tahu sistem Menur kayak gimana jadi belum ada gambaran. Kalau aja jadi di RSJ Lawang, udah banyaaaak persiapannya. Yaa, terima dan dijalani aja.



Senin besok ini nih, insyaAllah kita sekelas bakal survey kos-kosan di dekat Menur. Doain yaaa semoga dapat kos yang nggak jauh dari Menur. Aku juga nggak bakal diizinkan bawa motor dari Malang jadi setidaknya kalau dapat kos deket, nggak perlu jauh-jauh naik kendaraan lagi.

Satu setengah bulan mendatang, semoga semua dimudahkan. Semoga masih sempat juga untuk bimbingan tesis ataupun try out skala dan lainnya.

Oiya, sebelum itu, minggu ini kita akan ujian proposal tesis. Semoga semoga nggak perlu revisi banyak-banyak. Aku sih masih pengen mempertahankan variabel-variabelku karena penelitiannya masih terbatas dan terbilang cukup baru. Jadi, semoga aku bisa meyakinkan dosen-dosen penguji nanti, aaaamiiiiiin.

Semoga selama PKPP, aku bisa dapat minimal 3 kasus yang home visit-nya nggak terlalu jauh jadi bisa menej waktu dan menekan biaya yang nggak perlu-perlu banget.

Give me five! Yeeeey...
Semangat
Semoga bisa selesai tahun depan
Wisuda tepat waktu

BERUJUNG MISTERIUS

Randi....
Dulu kita berteman
Meski beda jurusan
Aku psikologi, kamu kedokteran
Dulu kita saling menyapa
Dulu kita pernah bercanda
Pertama berkenal dari P2KK
Setelah itu, Tuhan pertemukan secara tak sengaja di kelompok KKN yang sama
Dulu dan sekarang
Sangatlah berbeda

Randi....
Jika kamu berpikir aku menyapamu kemarin karena ingin mengejarmu, kamu salah besar
Empat tahun lalu, aku tidak tahu apa yang kurasakan terhadapmu
Hanya karena Moon dan Okha sering ngejekin kita berdua
Aku acuh, lebih lagi kamu
Aku tak bisa bilang aku menyukaimu atau tidak menyukaimu
Karena...
Aku memang tidak tahu
Tidak bisa mendefinisikan
Tapi, jika kamu menyalahartikan sapaanku dan kebaikanku dari dulu hingga sekarang, betapa menyedihkan bagiku
Mengapa kamu begitu?
Menyapa bukan berarti aku menginginkanmu
Aku hanya ingin kita berteman baik
Berteman biasa saja
Karena aku juga paham kamu tak menyukaiku

Dengan sikapmu kemarin yang seolah menganggapku makhluk tak kasat mata
Baiklah
Aku anggap itu tanda besar bahwa kamu tidak lagi ingin aku berkeliaran di sekitarmu
Entah kamu memang tanpa sengaja ingin memutus silaturahmi kita
Tapi, andai aku bisa berkata
Aku cuma ingin menyampaikan, aku hanya ingin kita berteman seperti empat tahun lalu
Hanya itu
Tanpa aku memendam perasaan apapun padamu
Tanpa kamu mencurigai setiap kebaikanku padamu

Tapi
Tampaknya percuma
Takdir ternyata bergerak secara misterius
Semua berawal dan berakhir dengan penuh tanda tanya
Kadang kamu perhatian, tapi aku tak menganggapnya lebih
Kadang kamu pun begitu tak peduli, tapi aku masih menganggapmu biasa seperti lainnya

Jika kamu memang menginginkan semua seperti ini
Baiklah
Aku akan berdoa
Semoga Tuhan tak akan pernah mempertemukan kita lagi
Karena dulu, kita sering bertemu tanpa sengaja
Maka dari itu, aku tak ingin lagi ada pertemuan sengaja atau tidak di antara kita
Aku tak ingin lagi ada kata kebetulan

Anggap saja kita tak saling mengenal
Anggap saja begitu
Jika itu memang maumu

Terima kasih
Pernah menjadi temanku

Semua tentangmu sudah kuabadikan dalam buku pertama dan buku keempatku
Tapi aku sangat yakin, tangan dan matamu tak akan pernah sudi membacanya
Sudahlah
Aku tak menyesal pernah mengenalmu
Aku hanya kecewa dengan sikapmu
Sisa reaksi masa lalu kini berujung misterius
Biarlah
Semoga Tuhan menyudahi