Sumber Pixabay |
Belum lama ini tersiar kabar mengejutkan di beberapa platform media. Ada seorang Bapak sebut aja namanya Anto (nama samaran), berprofesi sebagai kuli bangunan di daerah Tasikmalaya yang disinyalir memakan benda tak lazim yakni paku sejak tiga bulan lalu. Parah-parahnya itu pas bulan ini, si Bpk Anto ngeluh perutnya sakit, membengkak, bernanah hingga mengeluarkan paku.
Ngeri gak tuh? Ngeri kan? Kok bisa sih ya Bpk Anto mau-maunya makan paku? Apa mentang-mentang jadi kuli bangunan, mau nguji "kejantanan" dengan makan bahan bangunan? Gak, ternyata bukan itu persoalannya. Kata istrinya, suaminya itu makan paku karena diduga depresi gegara sang suami kehilangan becaknya. Istrinya juga bilang kalo setahun terakhir ini sang suami alias Bpk Anto sering kelihatan murung gegara becaknya dicuri karena kendaraan itu jadi satu-satunya ladang buat dia nyari nafkah sebelum bekerja sebagai kuli bangunan.
Selain Bpk Anto, kasus serupa juga banyak terjadi di belahan bumi lainnya loh seperti ada gadis yang makan rambutnya sendiri, ada anak kecil yang doyan makan bedak Marck's, ada juga Bapak yang makan rumput dan masih banyak lagi.
Aneh ya. Kok bisa sih mereka punya nafsu memakan makanan yang sama sekali bukan untuk dimakan kayak gitu? Apa itu salah satu tanda orang-orang emejing bin ajaib yang dikasih kekuatan super?
Kalo orang awam yang kurang melek atau tertinggal pengetahuannya, pasti bakal mikir orang-orang kayak gitu tuh termasuk orang ajaib, sama seperti si anak yang dulu konon katanya nemu batu ajaib yang bisa nyembuhin penyakit terus tetiba dia jadi dukun penyembuh dadakan dan beritanya sempat viral di mana-mana.
Tapi, bagi orang-orang berakal yang ngerti ilmu pengetahuan dan punya pemikiran logis, udah pasti bakal mengelak bahwa itu tuh bukan mukjizat. Mana mungkin sih orang yang makan benda aneh bisa dibilang mukjizat? Nah, kalo udah kayak gitu pasti jadi mikir, kepo dan pengen nyari tahu dong ya, penyebabnya apa, riwayat asal-usul peristiwa itu tuh gimana, apakah ada kaitannya dengan sebab medis atau psikologis dan sebagainya... dan sebagainya...
Saya juga bukan berarti gak percaya sama sesuatu yang benar-benar bisa dibilang "ajaib" atau mukjizat. Kadang emang ada something yang gak bisa kita jangkau pake nalar, tapi ada juga yang emang hal itu tuh sebenarnya ada tapi gak layak untuk ditiru.
Okkeh..karena blog ini isinya adalah postingan bernalar, dan sebagai manusia berakal, berilmu dan berbudi pekerti, mari kita bahas ya, kenapa sih fenomena unik kayak gitu bisa ada?
History of Pica
History of Pica
Jadi, perilaku memakan sesuatu atau benda gak lazim kayak yang dilakukan si Bpk Anto dan beberapa orang lainnya yang serupa itu termasuk gangguan makan atau bahasa kerennya eating and feeding disorder. Spesifiknya, gangguan itu dinamakan Pica Disorder.
Pica? Kok lucu ya namanya? Pica itu adalah salah satu gangguan yang digolongkan ke dalam eating and feeding disorder di dalam DSM-V. Kalo dulu tuh gangguan ini masuk klasifikasi gangguan makan pada infant, anak dan remaja. Nah, sejak diperbaruinya DSM menjadi DSM-V maka gangguan tersebut udah direlokasi ke dalam sub gangguan makan. Kenapa bisa gitu? Soalnya seiring berkembangnya zaman dan semakin luasnya penelitian, gangguan Pica ini gak cuman dialami oleh anak atau remaja namun juga dialami oleh orang dewasa dan/atau segala range usia.
Usut punya usut nih, dari artikel penelitiannya B. Parry-Jones dan W.L. Parry-Jones tahun 1992, Pica itu diambil dari nama Latin seekor burung Magpie (burung zaman baheula). Nah, kenapa kok bisa diambil dari nama burung? Soalnya habit makan si burung ini tuh di luar kebiasaan makan hewan-hewan sewajarnya dan tanpa mendiskriminasi itu tuh makanan apa, enak apa gaknya, langsung diembat aja sama si doi. Gitu sih cerita zaman dulunya ya. Jadi, orang yang punya kebiasaan makan aneh sama kayak burung Magpie dong?? Hahaha.. gak segitunya nyama-nyamain juga keles..
Trus, pada abad ke-16 itu (masih nyambung sama penelitiannya Parry di atas), ternyata perilaku makan gak biasa ini juga dialami oleh Simpanse. Nah, dari penelitian itu udah cukup jelas yes kalo gangguan ini tuh gak cuman manusia yang alami tapi juga hewan.
Belum lagi orang-orang zaman primitif kan identik dengan berburu. Gak jarang juga zaman dulu ada orang dari etnis tertentu yang udah terbiasa makan benda-benda aneh apalagi kalo pas gak ada hewan yang bisa jadi sasaran perburuan buat dikonsumsi. Kasian gak sih? Nah, buat anak-anak zaman now, jangan sok mau gaya-gayaan deh ya kalo makan, sok pilih-pilih makanan, liat tuh orang zaman dulu mau makan aja susah, kalo gak ada makanan yang "layak", kebayang gak sih andai kalian jadi mereka, mau makan apa aja yang penting makan??? Gak kan?
Apa aja sih benda yang biasanya dimakan oleh orang-orang dengan gangguan Pica ini?
Yang dikonsumsi itu adalah benda-benda non pangan, gak bisa dicerna oleh perut, gak bernutrisi sama sekali dan bentuknya bervariasi. Benda-benda yang seringnya diidentifikasi tuh seperti clay, cat, kain, tanah, batu, kerikil, serbuk gergaji, sabun, paku, dan lainnya. Es batu juga digadang-gadang masuk jadi salah satu daftar yang dikonsumsi sama orang dengan gangguan Pica namun karena Es batu masih tergolong makanan, jadi kurang bisa memenuhi kriteria Pica. Tapi beda lagi kalo orang tersebut memakan freezer frost atau cairan yang membeku yang biasanya ada dalam freezer kulkas itu loh, kalo yang itu berpotensial masuk kriteria list yang apabila dikonsumsi bisa tergolong gangguan Pica.
Yang dikonsumsi itu adalah benda-benda non pangan, gak bisa dicerna oleh perut, gak bernutrisi sama sekali dan bentuknya bervariasi. Benda-benda yang seringnya diidentifikasi tuh seperti clay, cat, kain, tanah, batu, kerikil, serbuk gergaji, sabun, paku, dan lainnya. Es batu juga digadang-gadang masuk jadi salah satu daftar yang dikonsumsi sama orang dengan gangguan Pica namun karena Es batu masih tergolong makanan, jadi kurang bisa memenuhi kriteria Pica. Tapi beda lagi kalo orang tersebut memakan freezer frost atau cairan yang membeku yang biasanya ada dalam freezer kulkas itu loh, kalo yang itu berpotensial masuk kriteria list yang apabila dikonsumsi bisa tergolong gangguan Pica.
Pica ini dialami oleh siapa aja dan apa penyebabnya?
Pica dapat terjadi di segala rentang usia baik itu anak, remaja, ataupun orang dewasa. Pica ini tuh merupakan gangguan yang sebenernya gak berdiri sendiri atau dengan kata lain memiliki komorbiditas atau gangguan penyerta. Maksudnya, Pica dapat terjadi sebelum gangguan utama muncul atau sebaliknya muncul setelah gangguan utama terjadi.
Gangguan penyerta yang dialami oleh orang dengan Pica ini banyak, tapi yang seringkali teridentifikasi adalah gangguan perilaku. Pica berkaitan erat dengan gangguan perilaku sih pada umumnya seperti obsessive compulsive, berhubungan juga sama emotional arousal seseorang dan need for oral stimulation tapi yang udah tergolong over stimulation.
Nah, menyoal stimulasi nih, karena pada masa perkembangan motorik kasar dan halus, bayi itu kan sukanya icip-icip gitu ya, mainannya atau benda-benda di sekitar kadang dimasukin ke mulut. Jadi, kudu tetap disupervisi sama orangtua. Jangan biasain anak icip-icip atau ngunyah something yang gak layak untuk dikonsumsi. Saya jadi inget, waktu acara silah keluarga beberapa minggu lalu ke Purwodadi, saya punya adik sepupu yang masih bayi. Si bayi ini diem-diem ngunyah sesuatu ke mulutnya. Pas dilihat, eh eh, ladalaaah yang dikunyah adalah uang kertas pemirsaaaah. Konon, ternyata di rumah perilaku si bayi ini udah biasa terjadi. Si bulek saya, mamanya bayi ini tuh ngebiarin aja si anaknya ini ngunyah benda-benda kayak gitu. Trus akhirnya bulek saya ini dimarahin. Uang kertas yang dikunyah sama si bayi ini udah yang lecek lecek hitam gitu loh. Bahaya kan kalo sampe ketelan. Lebih bahaya lagi kalo perilakunya itu makin lama makin dibiasain, dijarno, gak diawasi, dimanjain, nah, nah, bisa bisa nanti malah ngarah ke Pica.
Selain itu, Pica ini juga diidentifikasi pada anak dengan disabilitas intelektual, spektrum autis, anorexia nervosa, skizofrenia gangguan neurologis dan disabilitas belajar.
Anak/remaja/orang dewasa dengan disabilitas intelektual atau yang terganggu fungsi kognitifnya, kan gak kayak anak normal jadi mengolah informasi atau mempelajari sesuatu pun agak lemot kan. Jadi, gak bisa bedain mana perilaku yang baik dan mana yang berbahaya buat diri dan sekitarnya. Maka otomatis, pengawasannya harus lebih ekstra dibanding anak normal.
Bagaimana melakukan asesmen untuk mengetahui gejala Pica?
Para ahli biasanya menggunakan instrumen Diagnostic Interview Schedule for Children untuk melakukan asesmen Pica pada anak. Pada remaja, bisa menggunakan parental report. Sedangkan untuk asesmen pada orang dewasa, belum ditemukan instrumen asesmen yang valid. Pakai teknik wawancara klinis pun ditambah ngecek kriteria DSM pun gak cukup sih karena Pica itu kan gangguan perilaku juga, jadi harus diimbangi dengan ceklis observasi yang memadai.
Treatment medis dan psikologis apa yang bisa dilakukan pada orang dengan gangguan Pica?
Treatment apapun bentuknya pastikan dilakukan oleh ahlinya ya yaitu psikiater maupun psikolog. Jangan sok keminter bawa-bawa ke dukun karena ini bukanlah gangguan yang sifatnya gaib. Jika masih ada yang menganggap orang dengan gangguan Pica ini karena kena guna-guna/pelet, coba ditelaah lagi ya riwayat hidup si orangnya ini. Setiap gangguan pasti ada penyebabnya. Baiknya bawalah ke rumah sakit atau klinik terdekat dahulu supaya mendapat pertolongan pertama.
Karena benda-benda yang dikonsumsi dan udah masuk ke dalam tubuh bisa sangat membahayakan bahkan berujung kematian (kalo gak segera dikeluarkan), maka baiknya mintalah tindakan operasi jika memang diperlukan ya.
Trus, kalo untuk medical treatment lain, saya baca-baca dari jurnal (penulisnya adalah Carter, Mayton dan Wheeler, tahun 2004) dengan judul jurnal Pica: A Review of Recent Assessment and Treatment Procedure, penanganan secara medis pernah dilakukan oleh Pace dan Troyer pada tahun 2000 dengan memberikan vitamin Polyvisol pada anak. Beecroft, Bach, Tunstall dan Howard pada tahun 1998 juga pernah mengujicobakan pemberian multivitamin C pada lansia 75 tahun dengan gangguan Pica plus teridentifikasi Skizofrenia dan dibarengi dengan penanganan psikologis.
Treatment psikologis, ada beberapa sub. Pertama, treatment kognitif bagi orang yang mengalami Pica karena adanya distorsi pikiran (salah mendefinisikan apa itu makanan dan benda serta bagaimana membedakan bentuk sesuatu yang dikonsumsi dengan yang bukan untuk dikonsumsi). Terapi yang bisa diberikan itu adalah terapi kognitif plus perilaku seperti self-monitoring dan relaksasi progresif.
Pada behavioral analysis, terapi yang bisa digunakan adalah terapi behavior juga atau gabungan kognitif dan perilaku yakni CBT (Cognitive Behavior Therapy) atau bisa juga dengan konsep reinforcement and punishment jika akar problemnya berasal dari stimulus respon.
Tidak lupa juga pemberian treatment psikososial yang gak lain adalah psikoedukasi. Edukasikan mengenai gangguan Pica, apa penyebabnya, gimana itu bisa terjadi dan bagaimana cara memperlakukan orang dengan gangguan Pica pada orang-orang terdekat/ significant other si klien supaya ketika proses perawatan berlangsung, lingkungan sekitar bisa sekalian ngesupervisiin si klien, ngontrol klien supaya perilakunya gak kumat lagi.
Satu lagi, pastinya... Saat orang dengan gangguan Pica menjalani perawatan baik di rumah sakit atau udah dipulangkan ke rumah (rawat jalan), pastikan berikan makanan bernutrisi. Minta keluarga untuk support makanan bergizi buat dikonsumsi oleh orang dengan gangguan Pica ini ya. Kasian lo, mereka udah banyak kekurangan zat-zat yang dibutuhkan tubuh jadi nutrisinya harus dijaga kembali.
Okay, sekian informasi yang bisa saya bagi kali ini ya. Semoga bermanfaat yaak
Pica dapat terjadi di segala rentang usia baik itu anak, remaja, ataupun orang dewasa. Pica ini tuh merupakan gangguan yang sebenernya gak berdiri sendiri atau dengan kata lain memiliki komorbiditas atau gangguan penyerta. Maksudnya, Pica dapat terjadi sebelum gangguan utama muncul atau sebaliknya muncul setelah gangguan utama terjadi.
Gangguan penyerta yang dialami oleh orang dengan Pica ini banyak, tapi yang seringkali teridentifikasi adalah gangguan perilaku. Pica berkaitan erat dengan gangguan perilaku sih pada umumnya seperti obsessive compulsive, berhubungan juga sama emotional arousal seseorang dan need for oral stimulation tapi yang udah tergolong over stimulation.
Nah, menyoal stimulasi nih, karena pada masa perkembangan motorik kasar dan halus, bayi itu kan sukanya icip-icip gitu ya, mainannya atau benda-benda di sekitar kadang dimasukin ke mulut. Jadi, kudu tetap disupervisi sama orangtua. Jangan biasain anak icip-icip atau ngunyah something yang gak layak untuk dikonsumsi. Saya jadi inget, waktu acara silah keluarga beberapa minggu lalu ke Purwodadi, saya punya adik sepupu yang masih bayi. Si bayi ini diem-diem ngunyah sesuatu ke mulutnya. Pas dilihat, eh eh, ladalaaah yang dikunyah adalah uang kertas pemirsaaaah. Konon, ternyata di rumah perilaku si bayi ini udah biasa terjadi. Si bulek saya, mamanya bayi ini tuh ngebiarin aja si anaknya ini ngunyah benda-benda kayak gitu. Trus akhirnya bulek saya ini dimarahin. Uang kertas yang dikunyah sama si bayi ini udah yang lecek lecek hitam gitu loh. Bahaya kan kalo sampe ketelan. Lebih bahaya lagi kalo perilakunya itu makin lama makin dibiasain, dijarno, gak diawasi, dimanjain, nah, nah, bisa bisa nanti malah ngarah ke Pica.
Selain itu, Pica ini juga diidentifikasi pada anak dengan disabilitas intelektual, spektrum autis, anorexia nervosa, skizofrenia gangguan neurologis dan disabilitas belajar.
Anak/remaja/orang dewasa dengan disabilitas intelektual atau yang terganggu fungsi kognitifnya, kan gak kayak anak normal jadi mengolah informasi atau mempelajari sesuatu pun agak lemot kan. Jadi, gak bisa bedain mana perilaku yang baik dan mana yang berbahaya buat diri dan sekitarnya. Maka otomatis, pengawasannya harus lebih ekstra dibanding anak normal.
Bagaimana melakukan asesmen untuk mengetahui gejala Pica?
Para ahli biasanya menggunakan instrumen Diagnostic Interview Schedule for Children untuk melakukan asesmen Pica pada anak. Pada remaja, bisa menggunakan parental report. Sedangkan untuk asesmen pada orang dewasa, belum ditemukan instrumen asesmen yang valid. Pakai teknik wawancara klinis pun ditambah ngecek kriteria DSM pun gak cukup sih karena Pica itu kan gangguan perilaku juga, jadi harus diimbangi dengan ceklis observasi yang memadai.
Treatment medis dan psikologis apa yang bisa dilakukan pada orang dengan gangguan Pica?
Treatment apapun bentuknya pastikan dilakukan oleh ahlinya ya yaitu psikiater maupun psikolog. Jangan sok keminter bawa-bawa ke dukun karena ini bukanlah gangguan yang sifatnya gaib. Jika masih ada yang menganggap orang dengan gangguan Pica ini karena kena guna-guna/pelet, coba ditelaah lagi ya riwayat hidup si orangnya ini. Setiap gangguan pasti ada penyebabnya. Baiknya bawalah ke rumah sakit atau klinik terdekat dahulu supaya mendapat pertolongan pertama.
Karena benda-benda yang dikonsumsi dan udah masuk ke dalam tubuh bisa sangat membahayakan bahkan berujung kematian (kalo gak segera dikeluarkan), maka baiknya mintalah tindakan operasi jika memang diperlukan ya.
Trus, kalo untuk medical treatment lain, saya baca-baca dari jurnal (penulisnya adalah Carter, Mayton dan Wheeler, tahun 2004) dengan judul jurnal Pica: A Review of Recent Assessment and Treatment Procedure, penanganan secara medis pernah dilakukan oleh Pace dan Troyer pada tahun 2000 dengan memberikan vitamin Polyvisol pada anak. Beecroft, Bach, Tunstall dan Howard pada tahun 1998 juga pernah mengujicobakan pemberian multivitamin C pada lansia 75 tahun dengan gangguan Pica plus teridentifikasi Skizofrenia dan dibarengi dengan penanganan psikologis.
Treatment psikologis, ada beberapa sub. Pertama, treatment kognitif bagi orang yang mengalami Pica karena adanya distorsi pikiran (salah mendefinisikan apa itu makanan dan benda serta bagaimana membedakan bentuk sesuatu yang dikonsumsi dengan yang bukan untuk dikonsumsi). Terapi yang bisa diberikan itu adalah terapi kognitif plus perilaku seperti self-monitoring dan relaksasi progresif.
Pada behavioral analysis, terapi yang bisa digunakan adalah terapi behavior juga atau gabungan kognitif dan perilaku yakni CBT (Cognitive Behavior Therapy) atau bisa juga dengan konsep reinforcement and punishment jika akar problemnya berasal dari stimulus respon.
Tidak lupa juga pemberian treatment psikososial yang gak lain adalah psikoedukasi. Edukasikan mengenai gangguan Pica, apa penyebabnya, gimana itu bisa terjadi dan bagaimana cara memperlakukan orang dengan gangguan Pica pada orang-orang terdekat/ significant other si klien supaya ketika proses perawatan berlangsung, lingkungan sekitar bisa sekalian ngesupervisiin si klien, ngontrol klien supaya perilakunya gak kumat lagi.
Satu lagi, pastinya... Saat orang dengan gangguan Pica menjalani perawatan baik di rumah sakit atau udah dipulangkan ke rumah (rawat jalan), pastikan berikan makanan bernutrisi. Minta keluarga untuk support makanan bergizi buat dikonsumsi oleh orang dengan gangguan Pica ini ya. Kasian lo, mereka udah banyak kekurangan zat-zat yang dibutuhkan tubuh jadi nutrisinya harus dijaga kembali.
Okay, sekian informasi yang bisa saya bagi kali ini ya. Semoga bermanfaat yaak